Entri Populer

Selasa, 30 November 2010

Masih ingat kah engkau

Waktu engkau masih kanak-kanak, kau laksana kawan sejatiku
Dengan wudhu’ aku kau sentuh dalam keadaan suci
Aku kau pegang, kau junjung dan kau pelajari
Aku engkau baca dengan suara lirih ataupun keras setiap hari
Setelah usai engkaupun selalu menciumku mesra Sekarang engkau telah dewasa…
Nampaknya kau sudah tak berminat lagi padaku…

Apakah aku bacaan usang yang tinggal sejarah…
Menurutmu barangkali aku bacaan yang tidak menambah pengetahuanmu Atau menurutmu aku hanya untuk anak kecil yang belajar mengaji saja? Sekarang aku engkau simpan rapi sekali hingga kadang engkau lupa dimana menyimpannya Aku sudah engkau anggap hanya sebagai perhiasan rumahmu

Kadangkala aku dijadikan mas kawin agar engkau dianggap bertaqwa Atau aku kau buat penangkal untuk menakuti hantu dan syetan Kini aku lebih banyak tersingkir, dibiarkan dalam kesendirian dalam kesepian Di atas lemari, di dalam laci, aku engkau pendamkan.
Dulu…pagi-pagi…surah-surah yang ada padaku engkau baca beberapa halaman

Sore harinya aku kau baca beramai-ramai bersama temanmu di surau….. Sekarang… pagi-pagi sambil minum kopi…engkau baca Koran pagi atau nonton berita TV
Waktu senggang..engkau sempatkan membaca buku karangan manusia Sedangkan aku yang berisi ayat-ayat yang datang dari Allah Yang Maha Perkasa.
Engkau campakkan, engkau abaikan dan engkau lupakan…
Waktu berangkat kerjapun kadang engkau lupa baca pembuka surahku (Basmalah)
Diperjalanan engkau lebih asyik menikmati musik duniawi
Tidak ada kaset yang berisi ayat Alloh yang terdapat padaku di laci mobilmu
Sepanjang perjalanan radiomu selalu tertuju ke stasiun radio favoritmu
Aku tahu kalau itu bukan Stasiun Radio yang senantiasa melantunkan ayatku.
Di meja kerjamu tidak ada aku untuk kau baca sebelum kau mulai kerja
Di Komputermu pun kau putar musik favoritmu
Jarang sekali engkau putar ayat-ayatku melantun
E-mail temanmu yang ada ayat-ayatkupun kadang kau abaikan
Engkau terlalu sibuk dengan urusan duniamu
Benarlah dugaanku bahwa engkau kini sudah benar-benar melupakanku
Bila malam tiba engkau tahan nongkrong berjam-jam di depan TV
Menonton pertandingan Liga Italia , musik atau Film dan Sinetron laga
Di depan komputer berjam-jam engkau betah duduk
Hanya sekedar membaca berita murahan dan gambar sampah
Waktupun cepat berlalu…aku menjadi semakin kusam dalam lemari
Mengumpul debu dilapisi abu dan mungkin dimakan kutu
Seingatku hanya awal Ramadhan engkau membacaku kembali
Itupun hanya beberapa lembar dariku.

Dengan suara dan lafadz yang tidak semerdu dulu
Engkaupun kini terbata-bata dan kurang lancar lagi setiap membacaku.
Apakah Koran, TV, radio , komputer, dapat memberimu pertolongan ? Bila engkau di kubur sendirian menunggu sampai kiamat tiba Engkau akan diperiksa oleh para malaikat suruhanNya Hanya dengan ayat-ayat Allah yang ada padaku engkau dapat selamat melaluinya.

Sekarang engkau begitu enteng membuang waktumu…
Setiap saat berlalu…kuranglah jatah umurmu…
Dan akhirnya kubur sentiasa menunggu kedatanganmu..
Engkau bisa kembali kepada Tuhanmu sewaktu-waktu
Apabila malaikat maut mengetuk pintu rumahmu.
Bila aku engkau baca selalu dan engkau hayati…
Di kuburmu nanti….

Aku akan datang sebagai pemuda gagah nan tampan
Yang akan membantu engkau membela diri
Bukan koran yang engkau baca yang akan membantumu Dari perjalanan di alam akhirat
Tapi Akulah “Qur’an” kitab sucimu
Yang senantiasa setia menemani dan melindungimu
Peganglah aku lagi . .. bacalah kembali aku setiap hari
Karena ayat-ayat yang ada padaku adalah ayat suci
Yang berasal dari Alloh, Tuhan Yang Maha Mengetahui Yang disampaikan oleh Jibril kepada Muhammad Rasulullah.

Keluarkanlah segera aku dari lemari atau lacimu…
Jangan lupa bawa kaset yang ada ayatku dalam laci mobilmu
Letakkan aku selalu di depan meja kerjamu
Agar engkau senantiasa mengingat Tuhanmu
Sentuhilah aku kembali…
Baca dan pelajari lagi aku….
Setiap datangnya pagi dan sore hari
Seperti dulu….dulu sekali…
Waktu engkau masih kecil , lugu dan polos…
Di surau kecil kampungmu yang damai
Jangan aku engkau biarkan sendiri….
Dalam bisu dan sepi….
Mahabenar Allah, yang Mahaperkasa lagi Mahabijaksana.

syukron

Sabtu, 27 November 2010

Perhisan Dunia

Dari Abdullah bin ‘Amr radhiallahu ‘anhuma bahwa Rasulullah Shalallahu ‘alaihiwassalam bersabda:
ayat1.jpg
Dunia ini adalah perhiasan/kesenangan dan sebaik-baik perhiasan/kesenangan dunia adalah wanita yang shalihah.” (HR. Muslim,Nasa’i, Ibnu Majah dan Ahmad)
Dalam lafazh lain:
Sesungguhnya dunia ini adalah perhiasan dan tidak ada di antara perhiasan dunia yang lebih baik daripada wanita yang sholihah.” (HR. Ibnu Majah)
Dalam lafazh lain:
Sesungguhnya dunia ini seluruhnya adalah perhiasan dan sebaik-baik perhiasan dunia adalah wanita yang sholihah.” (HR. Ahmad)
Wanita dan Keindahan
Sudah menjadi sunnatullah bagi anak Adam diberikan kepada mereka berbagai kenikmatan yang mereka cintai dan dijadikan indah pandangan mereka dengannya di dunia ini sebagaimana dalam firman Alloh:
ayat2.jpg
Dijadikan indah pada (pandangan) manusia kecintaan kepada apa-apa yang diingini, yaitu:wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas, perak, kuda pilihan, binatang-binatang ternak, dan sawah lading. Itulah kesenangan hidup di dunia, dan di sisi Alloh-lah tempat kembali yang baik (surga).” (QS. Ali Imran:14)
Ketika menyebutkan berbagai hal yang menjadikan kecintaan manusia dalam ayat ini Alloh mendahulukan wanita sebelum yang lain, hal ini memberikan isyarat bahwa wanita menjadi sumber terbesar kenikmatan, kesenangan dan perhiasan hidup di dunia ini. Tidak terkecuali bagi Rasulullah Shalallahu ‘alaihiwassalam sebagai sosok manusia terbaik dan termulia, wanita adalah sesuatu yang paling beliau cintai di antara kenikmatan dunia yang lain, dan ini merupakan fitroh beliau sebagai manusia biasa.
Dari Anas radhiallahu ‘anhu ia berkata: “Rasulullah Shalallahu ‘alaihiwassalam bersabda: ‘Aku diberikan rasa cinta dari dunia terhadap para wanita dan wewangian dan dijadikan penyejuk mataku ada di dalam shalat.”(HR. Ahmad, dan Nasa’i. Di shohihkan oleh Syaikh Al Albani)
Walhasil, Alloh telah menciptakan wanita sebagai perhiasan dan bahkan perhiasan terbesar dunia ini namun sekaligus ia juga merupakan fitnah terbesar di dunia ini yang pernah diciptakan Alloh bagi kaum laki-laki.
Wanita Sholihan
Alloh telah memberikan sebuah definisi wanita sholihah yang menjadi perhiasan dan kesenangan terbaik di dunia, sebagaimana dalam firman-Nya:
ayat3.jpg
“…Maka wanita yang sholih, ialah yang taat kepada Alloh lagi memelihara diri ketika suaminya tidak ada, oleh karena Alloh telah memelihara (mereka)…” (QS. an-Nisa’:34)
Rasulullah Shalallahu ‘alaihiwassalam juga memberikan gambaran wanita sholihah terbaik sebagaimana dalam hadits:
Dari Abu Hurairah radhiallahu ‘anhu berkata: “Nabi Shalallahu ‘alaihiwassalam ditanya:’Siapakah wanita yang paling baik?’ Beliau menjawab:
ayat41.jpg
(Sebaik-baik wanita) adalah yang menyenangkan (suami)-nya jika ia melihatnya, mentaati (suami)-nya jika ia memerintahnya dan ia tidak menyelisihi (suami)-nya dalam hal yang dibenci suami pada dirinya dan harta suaminya.’” (HR. Ahmad, al Hakim, an Nasa’i dan ath Thobrani dan di Shohihkan oleh al Albani).
Beliau Shalallahu ‘alaihiwassalam juga berwasiat untuk memilih wanita yang memiliki dien (agama) yang baik sebagai ukuran keshohihan seorang wanita, bukan kecantikan, kedudukan atau hartanya.
Dari Abu Hurairah radhiallahu ‘anhu dari Nabi Shalallahu ‘alaihiwassalam beliau bersabda:
ayat51.jpg
Wanita dinikahi karena empat hal: karena hartanya, karena kedudukannya, kecantikannya dan karena dien (agama)-nya; maka pilihlah yang memiliki dien maka engkau akan beruntung.” (HR. Bukhari dan Muslim).
Khotimah
Bagi laki-laki, hal ini merupakan wasiat agar mereka memilih wanita bukan sekedar karena kecantikan, kedudukan atau harta wanita semata. Karena hal itu bukanlah ukuran kebahagiaan yang hakiki di dunia ini. Namun hendaknya ia lebih mengutamakan sisi dien karena hal itulah yang akan memberikan hakikat kebahagiaan hidupnya di dunia ini dan di akhirat.
Adapun bagi para wanita, ini merupakan dorongan untuk menjadi perhiasan terbaik di dunia ini, wanita yang sholihah, wanita yang mendorong suami dan keluarganya untuk semakin beriman dan bertaqwa kepada Alloh, bukan wanita yang menjadi fitnah terbesar bagi kaum laki-laki yang menjadikan mereka semakin menjauh dari Alloh dan menyeret mereka ke jurang nereka Jahanam.
Sedangkan bagi para orang tua, ini tentunya sebuah pengingat bahwa ada amanah menunaikan kewajiban mendidik anak-anak mereka untuk menjadi anak-anak yang sholih dan sholihah guna menggapai kebahagiaan mereka di dunia dan akhirat.
Maraji’:
Di nukil dari Majalah Al Mawaddah Edisi 1 Tahun ke-1 (1428H/2007M)

Al-mar'atus sholiha

Shalihah atau tidaknya seorang wanita bergantung ketaatannya pada aturan-aturan Allah. Aturan-aturan tersebut berlaku universal, bukan saja bagi wanita yang sudah menikah, tapi juga bagi remaja putri.
Mulialah wanita shalihah. Di dunia, ia akan menjadi cahaya bagi keluarganya dan berperan melahirkan generasi dambaan. Jika ia wafat, Allah akan menjadikannya bidadari di surga. Kemuliaan wanita shalihah digambarkan Rasulullah Saw. dalam sabdanya, “Dunia ini adalah perhiasan, dan sebaik-baik perhiasan adalah wanita shalihah”. (HR. Muslim).

muslimahmokuliah
Dalam Al-Quran surat An-Nur: 30-31, Allah Swt. memberikan gambaran wanita shalihah sebagai wanita yang senantiasa mampu menjaga pandangannya. Ia selalu taat kepada Allah dan Rasul Nya. Make up- nya adalah basuhan air wudhu. Lipstiknya adalah dzikir kepada Allah. Celak matanya adalah memperbanyak bacaan Al-Quran.

Wanita shalihah sangat memperhatikan kualitas kata-katanya. Tidak ada dalam sejarahnya seorang wanita shalihah centil, suka jingkrak-jingkrak, dan menjerit-jerit saat mendapatkan kesenangan. Ia akan sangat menjaga setiap tutur katanya agar bernilai bagaikan untaian intan yang penuh makna dan bermutu tinggi. Dia sadar betul bahwa kemuliaannya bersumber dari kemampuannya menjaga diri (iffah).
Wanita shalihah itu murah senyum. Baginya, senyum adalah shadaqah. Namun, senyumnya tetap proporsional. Tidak setiap laki-laki yang dijumpainya diberikan senyuman manis. Senyumnya adalah senyum ibadah yang ikhlas dan tidak menimbulkan fitnah bagi orang lain.
Wanita shalihah juga pintar dalam bergaul. Dengan pergaulan itu, ilmunya akan terus bertambah. Ia akan selalu mengambil hikmah dari orang-orang yang ia temui. Kedekatannya kepada Allah semakin baik dan akan berbuah kebaikan bagi dirinya maupun orang lain.
Ia juga selalu menjaga akhlaknya. Salah satu ciri bahwa imannya kuat adalah kemampuannya memelihara rasa malu. Dengan adanya rasa malu, segala tutur kata dan tindak tanduknya selalu terkontrol. Ia tidak akan berbuat sesuatu yang menyimpang dari bimbingan Al-Quran dan Sunnah. Ia sadar bahwa semakin kurang iman seseorang, makin kurang rasa malunya. Semakin kurang rasa malunya, makin buruk kualitas akhlaknya.
Pada prinsipnya, wanita shalihah adalah wanita yang taat kepada Allah dan Rasul-Nya. Rambu-rambu kemuliaannya bukan dari aneka aksesoris yang ia gunakan. Justru ia selalu menjaga kecantikan dirinya agar tidak menjadi fitnah bagi orang lain. Kecantikan satu saat bisa jadi anugerah yang bernilai. Tapi jika tidak hati-hati, kecantikan bisa jadi sumber masalah yang akan menyulitkan pemiliknya sendiri.
Saat mendapat keterbatasan fisik pada dirinya, wanita shalihah tidak akan pernah merasa kecewa dan sakit hati. Ia yakin bahwa kekecewaan adalah bagian dari sikap kufur nikmat. Dia tidak akan merasa minder dengan keterbatasannya. Pribadinya begitu indah sehingga make up apa pun yang dipakainya akan memancarkan cahaya kemuliaan. Bahkan, kalaupun ia “polos” tanpa make up sedikit pun, kecantikan jiwanya akan tetap terpancar dan menyejukkan hati orang-orang di sekitarnya.
Jika ingin menjadi wanita shalihah, maka belajarlah dari lingkungan sekitar dan orang-orang yang kita temui. Ambil ilmunya dari mereka. Bahkan kita bisa mencontoh istri-istri Rasulullah Saw. seperti Aisyah. Ia terkenal dengan kekuatan pikirannya. Seorang istri seperti beliau bisa dijadikan gudang ilmu bagi suami dan anak-anak.
Contoh pula Siti Khadijah, figur istri shalihah penentram batin, pendukung setia, dan penguat semangat suami dalam berjuang di jalan Allah Swt. Beliau berkorban harta, kedudukan, dan dirinya demi membela perjuangan Rasulullah. Begitu kuatnya kesan keshalihahan Khadijah, hingga nama beliau banyak disebut-sebut oleh Rasulullah walau Khadijah sendiri sudah meninggal. Bisa jadi wanita shalihah muncul dari sebab keturunan. Seorang pelajar yang baik akhlak dan tutur katanya, bisa jadi gambaran seorang ibu yang mendidiknya menjadi manusia berakhlak. Sulit membayangkan, seorang wanita shalihah ujug-ujug muncul tanpa didahului sebuah proses. Di sini, faktor keturunan memainkan peran. Begitu pun dengan pola pendidikan, lingkungan, keteladanan, dan lain-lain. Apa yang tampak, bisa menjadi gambaran bagi sesuatu yang tersembunyi.
Banyak wanita bisa sukses. Namun tidak semua bisa shalihah. Shalihah atau tidaknya seorang wanita bergantung ketaatannya pada aturan-aturan Allah. Aturan-aturan tersebut berlaku universal, bukan saja bagi wanita yang sudah menikah, tapi juga bagi remaja putri. Tidak akan rugi jika seorang remaja putri menjaga sikapnya saat mereka berinteraksi dengan lawan jenis yang bukan mahramnya. Bertemanlah dengan orang-orang yang akan menambah kualitas ilmu, amal, dan ibadah kita. Ada sebuah ungkapan mengatakan, “Jika kita ingin mengenal pribadi seseorang maka lihatlah teman-teman di sekelilingnya.”
Peran wanita shalihah sangat besar dalam keluarga, bahkan negara. Kita pernah mendengar bahwa di belakang seorang pemimpin yang sukses ada seorang wanita yang sangat hebat. Jika wanita shalihah ada di belakang para lelaki di dunia ini, maka berapa banyak kesuksesan yang akan diraih. Selama ini, wanita hanya ditempatkan sebagai pelengkap saja, yaitu hanya mendukung dari belakang, tanpa peran tertentu yang serius. Wanita adalah tiang Negara. Bayangkanlah, jika tiang penopang bangunan itu rapuh, maka sudah pasti bangunannya akan roboh dan rata dengan tanah. Tidak akan ada lagi yang tersisa kecuali puing-puing yang nilainya tidak seberapa. Kita tinggal memilih, apakah akan menjadi tiang yang kuat atau tiang yang rapuh? Jika ingin menjadi tiang yang kuat, kaum wanita harus terus berusaha menjadi wanita shalihah dengan mencontoh pribadi istri-istri Rasulullah.
Dengan terus berusaha menjaga kehormatan diri dan keluarga serta memelihara farji-nya, maka pesona wanita shalihah akan melekat pada diri kaum wanita kita.
*Nah, sekarang siapa yang gak pingin jadi wanita shalihah?

CINTA BERSEMI SESAMA AKTIVIS

“Telah tampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan perbuatan tangan manusia, agar Allah merasakan kepada mereka sebagian dari akibat perbuatan mereka, mudah-mudahan mereka mau kembali ke jalan yang benar.” (QS. Ar-Rum: 41)

‘Ala’uddin Ali bin Muhammad bin Ibrahim Al-Baghdadi rahimahullah yang masyhur dengan sebutan Al-Khazin menyatakn dalam tafsirnya terhadap ayat di atas. “Telah tampak kerusakan di darat dan di laut”, karena kesyirikan dan maksiat tampaklah kekurangan hujan (kemarau berkepanjangan) dan sedikitnya tanaman yang tumbuh di daratan, di lembah, di padang sahara yan tandus dan di tanah kosong. Kurangnya hujan ini selain berpengaruh pada lautan, di mana hasil laut berupa mutiara menjadi berkurang. (Tafsir Al-Khazin, 3/393)

Kerusakan banyak terjadi di darat dan di laut, berupa rusak dan kurangnya penghidupan/pencaharian manusia, tertimpanya mereka dengan berbagai penyakit dan wabah serta perkara lainnya karena perbuatan-perbuatan rusak/jelek yang mereka lakukan. Semua itu ditimpakan kepada mereak agar mereka mengetahui bahwa Allah akan membalas apa yang mereak perbuat. Diharapkan dengan semua itu mereka mau betaubat dari perbuatan jelek mereka. Demikian kata Asy-Syaikh Abdurrahman As-Sa’di dalam Taisir Al-Karimir Rahman, hal. 634.

Demikian, kerusakan dapat kita jumpai di mana-mana. Jangankan di kota besar, bahkan di pedesaan sekalipun. Belum lagi musibah yana terjadi hamper di seluruh negeri. Semua itu tidak lain penyebabnya karena dosa anak manusia.

Abul ‘Aliyah berkata, “Siapa yang bermaksiat kepada Allah di muka bumi maka sungguh ia telah membuat kerusakan di bumi. Karena kebaikan di bumi dan di langit diperoleh dengan ketaatan.” (Tafsir Al-Qur’anil ‘Azhim, 6/179)

Pergaulan anak muda yang rusak merupakan salah satu penyebab kerusakan tersebut. Hubungan pra nikah dianggap sah. Pacaran boleh-boleh saja bahkan dianggap suatu kewajaran dan tanda kewajaran anak muda.

Di lembar ini, bukan hubungan mereka (baca: yang awam) yang ingin kita bicarakan. Karena telah demikian jelas penyimpangan dan kerusakannya ! Para pemuda pemudi yang katanya punya ghirah terhadap Islam, yang aktif dalam organisasi Islam, training-training pembinaan keimanan dan kegiatan- kegiatan Islami lah yang hendak kita tuju.

Mungkin karena kedangkalan terhadap ilmu-ilmu Islam atau terlalu mendominasinya hawa nafsu, mereka memunculkan istilah “pacaran Islami” dalam pergaulan mereka. Bagaimana pacaran Islami yang mereka maukan ? Jelas karena diberi embel-embel Islam, mereka hendak berbeda dengan pacaran orang awam/jahil.

Tidak ada saling sentuh-sentuhan, tidak ada pegang-pegangan, tidak ada kata-kata kotor dan keji. Masing-masing menjaga diri. Kalaupun saling berbincang dan bertemu, yang menjadi pembicaraan hanyalah tentang Islam, tentang dakwah, tentang umat, saling mengingatkan untuk beramal, berdzikir kepada Allah, mengingatkan negeri akhirat, tentang surga dan neraka. Begitu katanya !

Pacaran yan dilakukan hanyalah sebagai tahap penjajakan. Kalau cocok, diteruskan sampai ke jenjang pernikahan. Kalau tidak, diakhiri dengan cara baik-baik. Salah seorang aktivis dalam suatu kajian muda keislaman untuk mengalihkan anak-anak muda Islam dari merayakan Valentine Day berkata; “Daripada pemuda Islam, ikhwan sekalian, pacaran dengan wanita-wanita di luar, yang tidak berjilbab, tidak shalihah, lebih baik berhubungan dengan seorang muslimah yang shalihah.” KArena lebih terjaga, begitu alasannya.

Darimanakah mereka mendapatkan pembenaran atas perbuatan mereka ? Benarkah mereka telah menjaga diri dari perkara yang haram atau malah mereka terjerembab ke dalamnya dengan sadar ataupun tidak ? Ya, setanlah yang menghias-hiasi kebatilan perbuatan mereka sehingga tampak sebagai kebenaran. Mereka memang –katanya-tidak bersentuhan, tidak pegangan tangan, tidak ini dan tidak itu…Sehingga jauh dan jauh mereka dari keinginan berbuat nista (baca:zina), sebagaimana pacarannya para pemuda-pemudi awam/jahil yang pada akhirnya menyeret mereka untuk berzina dengan pasangannya. Na’udzubillah!!!

Namun tahukah mereka (anak-anak muda yang katanya punya kecintaan kepada Islam ini) bahwa hati mereka tidaklah selamat, hati mereka telah berzina ? demikian pula mata mereka, telinga mereka ?

Rasulullah telah mengingatkan dalam sabdanya:

“Sesungguhnya Allah menetapkan atas anak Adam bagiannya dari zina (Yakni yan namanya zina itu tidak hanya diistilahkan dengan apa yang diperbuat oleh kemaluan, bahkan memandang apa yang haram dipandang dan selainnya juga diistilahkan zina.(Fathul Bari, 11/28). Dia akan mendapatkannya, tidak bisa tidak. Maka, zinanya mata adalah dengan memndang (yang haram) dan zinanya lisan adalah dengan berbicara. Sementara jiwa itu berangan-angan dan berkeinginan, sedangkan kemaluan yang membenarkan semua itu atau mendustakannya.” (HR. Al-Bukhari no. 6243 dan Muslim no. 2657 dari Abu Hurairah)

Dalam lafadz lain disebutkan:

“Ditetapkan atas anak Adam bagiannya dari zina, akan diperoleh hal itu, tidak bisa tidak. Kedua mata itu berzina, dan zinanya dengan memandang ‘(yang haram). Lisan itu berzina, dan zinanya dengan berbicara (yang diharamkan). Tangan itu berzina, dan zinanya dengan memegang. Kaki itu berzina, dan zinanya dengan melangkah (kepada apa yang diharamkan). Sementara, hati itu berkeinginan dan berangan-angan, sedangkan kemaluan yang membenarkan semua itu atau mendustakannya.” (HR. Muslim no. 2657)

Al-Imam An-Nawawi berkata:

“Makna dari hadits di atas adalah anak Adam itu ditetapkan bagiannya dari zina. Maka di antara mereka ada yang melakukan zina secara hakiki dengan memasukkan kemaluannya ke dalam kemaluan yang haram (untuk dimasuki karena bukan pasangan hidupnya yang sah).

Dan di antara mereka ada yang zinanya secara majazi (kiasan). Yaitu dengan memandang yang haram, mendengar perbuatan zina, dan perkara yang mengantarkan kepada zina, atau dengan sentuhan tangan dimana tangannya meraba wanita yang bukan mahramnya atau menciumnya, atau kakinya melangkah untuk menuju ke temapt berzina, atau untuk melihat zina, atau untuk menyentuh wanita non mahram atau untuk melakukan pembicaraan yang haram dengan wanita non mahram dan semisalnya, atau ia memikirkan dalam hatinya.

Semuanya ini termasuk zina secara majazi. Sementara kemaluannya membenarkan semua itu atau mendustakannya. Maknanya, terkadang ia merealisasikan zina tersebut dengan kemaluannya, dan terkadang ia tidak merealisasikannya dengan tidak memasukkan kemaluannya ke dalam kemaluan yang haram. Sekalipun dekat dengannya.”
(Syarhu Shahih Muslim, 16/206)

Dengan pacaran yang mereka beri embel-embel Islam, adakah mereka dapat menjaga pandangan mata mereka dari melihat yang haram ? Sementara memandang wanita ajnabiyyah (non mahram) atau laki-laki ajnabi termasuk perbuatan yang diharamkan.

Allah memerintahkan:

“Katakanlah (wahai Muhammad) kepada laki-laki yan beriman: ‘Hendaklah mereka menahan sebagian pandangan mata mereka dan memelihara kemaluan mereka, yang demikian itu lebih suci bagi mereka. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang mereka perbuat.’ Dan katakanlah kepada wanita-wanit yang beriman: ‘Hendaklah mereka menahan sebagian pandangan mata mereka dan memelihara kemaluan mereka…’ (QS. An-nur: 30-31)

Tidakkah mereka tahu bahwa wanita merupakan fitnah yang terbesar bagi laki-laki ? Sebagaimana dinyatakan Rasulullah dalam sabda beliau:

“Tidaklah aku tinggalkan setelahku fitnah yang lebih berbahaya bagi laki-laki daripada fitnahnya wanita.” (HR. Al-Bukhari no. 5096 dan muslim no. 6880)

Di samping itu, dengan pacaran “Islami” ala mereka, mereka tentu tidak akan lepas dari yang namanya khalwat (berdua-duaan dengan lawan jenis) dan ikhtilath (bercampur baur antara laki-laki dan perempuan tanpa adanya hijab/tabir penghalang).

Rasulullah pernah bersabda:

‘Sekali-kali tidak boeh seorang laki-laki bersepi-sepi dengan seorang wanita kecuali wanita itu bersama mahramnya.” (HR. Al-Bukhari no. 1862 dan Muslim no. 3259)

Al-Qadhi Iyadh berkata, “Wanita adalah fitnah, sehingga laki-laki ajnabi dilarang bersepi-sepi denganya. Karena jiwa-jiwa manusia diciptakan punya kecenderungan/syahwat terhadap wanita, dan setan akan menguasai mereka dengan perantaraan para wanita.”

Beliau juga mengatakan bahwa wanita adalah aurat yang sangat urgen untu kdijaga dan dipelihara. Dan mahramnya sebagai orang yang memiliki kecemburuan terhadapnyalah yang akan melindungi dan menjaganya. (Al-Ikmal, 4/448)

Al-Imam An-Nawawi menyatakan , “Adapun bila seorang laki-laki ajnabi berdua-duaan dengan anita ajnabiyah tanpa ada orang ketiga bersama keduanya, maka hukumnya haram menurut kesepakatan ulama. Demikian pula bila bersama keduanya hanya ada seseorang yang biasanya orang tidak sungkan/tidak merasa malu berbuat sesuatu di hadapannya karena usianya yang masih kecil, seperti anak laki-laki yang baru berumur dua atau tiga tahun dan yang semisalnya. KArena keberadaan orang seperti ini sama saja seperti tidak adanya.” (Al Minhaj, 9/113)

Rasulullah jug bersabda yang artinya:

“Tidaklah sekali-kali seorang laki-lki bersepi-sepi dengan wanita melainkan yang ketiganya adalah setan.” (HR. At-Tirmidzi no. 1171, dishahihkan Asy-Syaikh Al-Albani dalam Shahih Sunan At-Tirmidzi)

Karena bahayanya fitnah wanita dan bersepi-sepi dengan wanita. Rasulullah sampai memperingatkan:

“Hati-hati kalian masuk ke tempat para wanita” berkatalah seseorang dari kalangan Anshar, “Wahai Rasulullah ! Apa pendapat anda dengan ipar ?” Beliau menawab, “Ipar adalah maut.” (HR. Al-Bukhari no. 5232 dan Muslim no. 5638)

Ipar di sini adalah kerabat suami selain ayah dan anak laki-lakinya. Makna “Ipar adalah maut”, kata Al-Imam An-Nawawi, bahwa kekhawatiran terhadap ipar lebih besar daripada orang selainnya. Kejelekan bisa terjadi darinya dan fitnah nya lebih besar. Karena biasanya ia bisa masuk dengan leluasa menemui wanita yang merupakan istri saudaranya atau istri keponakannya, serta memungkinkan baginya berdua-duaan dengan si wanita tanpa ada pengingkaran, karena dianggap keluarga sendiri. Beda halnya kalau yan melakukan hal itu laki-laki ajnabi yang tidak ada hubungan keluarga dengan si wanita. (Al-Minhaj, 14/378)

Ketika Fadhilatusy Syaikh Muhammad bin Shalih Al-‘Utsaimin ditanya tentang hubungan kasih antar laki-laki dan perempuan yang terjalin sebelum zawaj, beliau menjawab, “Bila yang dimaukan penanya, sebelum zawaj adalah sebelum dukhul (jima’) setelah dialngsungkannya akad nikah, maka tidak ada dosa tentunya. Karena dengan adanya akad berarti si wanita telah menjadi istrinya walaupun belum dukhul.                               

Namun bila yang dimaksud sebelum zawaj adalah sebelum zaaj adalah sebelum akad nikah, baru pelamaran atau belum sama sekali, maka yang ini haram. Tidak boleh dilakukan. Tidak diperkenankan seorang lelaki bernikmat-nikmat dengan seorang ajnabiyah, baik dalam ucapan, pandangan, maupun khalwat.” (Fatawa Al-Mar’ah Al-Muslimah, 2/600)

Seorang laki-laki yang telah resmi melamar seorang wanita sekalipun, ia tetap harus menjaga jangan sampai terjadi fitnah. Dengan diterimanya pinangannya tidak berarti ia bisa bebas berbicara dan bercanda dengan wanita yang akan diperistrinya, bebas surat-menyurat, bebas telpon, bebas sms, bebas chatting, ngobrol apa saja. Karena hubungan keduanya belum resmi, si wanita masih tetap ajnabiyah baginya. Lalu apatah lagi orang yang baru sekedar pacaran belum ada peminangan walaupun diembel-embeli kata Islami ?

Ada seorang lelaki meminang seorang wanita. Di hari-hari setelah peminangan, ia biasa bertandang ke rumah si wanita, duduk sebentar bersamanya dengan didampingi mahram si wanita dalam keadan si wanita memaki hijab yang syar’i. Berbincanglah si lelaki dengan si wanita namun pembicaraan mereka tidak keluar dari pembahasan agama ataupun bacaan Al-Qur’an.

Ketika Asy-syaikh Ibnu Utsaimin dimintai fatwa tentang hal ini, beliau menjawab, “Hal seperti ini tidak sepantasnya dilakukan. Karena perasaan si lelaki bahwa wanita yang duduk bersamanya telah dipinangnya secara umum akan membangkitkan syahwat. Sementara bangkitnya syahwat kepada selain istri dan budak perempuan yang dimiliki adalah sesuatu yang haram. Dan sesuatu yang mengantarkan kepada keharaman, haram pula hukumnya.”
(Fatawa Asy-Syaikh Muhammad Shalih Al-‘Utsaimin, 2/748)

Permasalahan senada ditanya kepada Asy-Syaikh Shalih bin Fauzan bin Abdillah Al-Fauzan hafizhahullah, hanya saja pembicaraan si lelaki dengan si wanita yang telah dipinangnya tidak secara langsung namun lewat telepon.

Beliau pun memberikan jawaban,
“Tidak apa-apa seorang laki-laki berbicara lewat telepon dengan wanita yang telah dipinangnya, bila memang pinangannya telah diterima dan pembicaraan yang dilakukan dalam rangka mencari pemahaman sebatas kebutuhan yang ada, tanpa adanya fitnah. Namun bila hal itu dilakukan lewat perantara wali si wanita, maka itu lebih baik dan lebih jauh dari keraguan/fitnah.

Adapun pembicaraan yang biasa dilakukan laki-laki dengan wanita, antara pemuda dan pemudi, padahal belum berlangsung lamaran di antara mereka. Namun hanya bertujuan untuk saling mengenal-sebagaimana yang mereka istilahkan- maka ini munkar/haram. Bisa mengarah kepada fitnah dan menjerumuskan kepada perbuatan keji.

Allah berfirman:

“Maka janganlah kalian tunduk (lembut mendayu-dayu) dalam berbicara sehingga berkeinginan jeleklah orang yang di hatinya ada penyakit dan ucapkanlah ucapan yang ma’ruf.” (QS. Al-Ahzab: 32)

Seorang wanita tidak sepantasnya berbicara dengan laki-laki ajnabi kecuali bila ada kebutuhan, dengan mengucapkan perkataan yang ma’ruf, tidak ada fitnah di dalamnya dan tidak ada keraguan (yang membuatnya dituduh macam-macam). Namun, nampaknya kini kita semakin piawai membuat-buat 'kebutuhan tersebut' agar nampak syar'i. Sehingga komunikasi tetap terjalin hangat tanpa sedikitpun merasa berdosa.

Ulama telah menyebutkan bahwa wanita yang sedang berihram melakukan talbiyah tanpa mengeraskan suaranya. Dan ini dalam hadits disebutkan:

“Apabila datang pada kalian sesuatu dalam shalat kalian, maka lkai-lki hendaklah bertasbih dan wanita hendaklah memukul tangannya.”

Hadits di atas termasuk dalil yang menunjukkan bahwa wanita tidak semestinya memperdengarkan suaranya kepada laki-lki yang bukan mahramnya. Kecuali dalam keadaan-keadaan yang dibutuhkan sehingga ia terpaksa berbicara dengan laki-laki dengan disertai rasa malu. Wallahu a’lam.”
(Al-Muntaqa min Fatawa Fadhilatusy Syaikh Shalih bin Fauzan, 3/163, 164)

Kita baru menyinggung pembicaraan via telepon ataupun secara langsung. Lalu bagaimana bila pemuda-pemudi berhubungan lewat surat ?
Tentunya surat disini tidak terbatas maknanya dari segi bahannya saja. Namun telah meluas tergantung media yang digunakan. Entah via dunia nyata maupun dunia maya.


Asy-Syailh Abdullah bin Abdurrahman dalam Fatawa Al-Mar’ah (hal. 58) ditanya, “Bila seorang lelaki melakukan surat-menyurat dengan seorang wanita ajnabiyah, hingga pada akhirnya keduanya saling jatuh cinta, apakah perbuatan ini teranggap haram ?”

Beliau menjawab, “Perbuatan seperti itu tidak boleh dilakukan karena dapat membangkitkan syahwat di antara dua insane. Dan syahwat tersebut mendorong keduanya untuk saling bertemu dan terus berhubungan. Kebanyakan surat-menyurat seperti itu menimbulkan fitnah dan menumbuhkan kecintaan kepada zina di dalam hati.

Di mana hal ini termasuk perkara yang menjatuhkan seorang hamba ke dalam perbuatan keji arau menjadi sebab yang mengantarkan kepada perbuatan nista. Karenanya, kami memberikan nasihat kepada orang yang ingin memperbaiki dan menjaga jiwanya agar tidak melakukan surat-menyurat yang seperti itu dan menjaga diri dari pembicaraan dengan lawan jenis yang bukan mahramnya. Semuanya dalam rangka menjaga agama dan kehormatannya. Dan Allah azza wa jalla lah yang memberi taufik.”

Bila ada yang berdalih bahwa isi surat-menyurat mereka jauh dari kata-kata keji, tidak ada kata-kata gombal dan rayuan cinta di dalamnya, apatah lagi dalam surat-menyurat tersebut dikutip ayat-ayat Allah azza wa jalla,

maka dijawab oleh Fadhilatusy Syaikh Muhammad bin Shalih Al-‘Utsaimin,

“Tidak boleh bagi seorang lelaki, siapapun dia, untuk surat-menyurat dengan wanita ajnabiyah. Karena hal itu akan menimbulkan fitnah. Terkadang orang yang melakukan perbuatan demikian menyangka bahwa tidak ada fitnah yang timbul. Akan tetapi  setan terus menerus menyertainya hingga membuatnya terpikat dengan si wanita dan si wanita terpikat dengannya.”

Asy-Syaikh melanjutkan,
“Dalam surat-menyurat antara pemuda dan pemudi ada fitnah dan bahaya yang besar, sehingga wajib untuk menjauh dari perbuatan  tersebut walaupun penanya mengatakan dalam surat-menyurat tersebut tidak ada kata-kata keji dan aryuan cinta.”
(Fatawa Asy-Syaikh Muhammad Shalih Al-‘Utsaimin, 2/898)

Demikianlah … Lalu, masihkah ada orang-orang yang memakai label Isam untuk membenarkan perbuatan yang menyimpang dari kebenaran ?

Wallahul musta’an.

Wanita

1. Tidakkah kita lupa ayat:
Katakanlah kepada orang laki-laki yang beriman, hendaklah mereka menahan pandangannya, dan memelihara kemaluannya; yang demikian itu adalah lebih suci bagi mereka, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang mereka perbuat” [Q.S. An-Nur: 30]
Bahwa kaum laki-laki diperintahkan untuk menjaga, menahan dan menundukan pandangan terhadap yang tidak halal baginya, salah satunya wanita non-mahrom. Maka bagaimana mungkin itu dapat dilakukan jika kaum wanita memampang wajah2 mereka dimana-mana.
2. Dari dalil surat An-Nuur ayat 30 di atas, juga dengan hadits2 yang begitu banyaknya, seprti hadits berikut:
Zina kedua mata adalah memandang, zina kedua telinga adalah mendengar, zina lisan adalah bicara, zina tangan adalah memegang, dan zina kaki adalah melangkah.” (Muttafaq ‘alaih dengan lafazh Muslim)
"Janganlah engkau mengikuti satu pandangan dengan pandangan lain karena engkau hanyalah memiliki yang pertama dan tidak untuk yang selanjutnya.” (HR. Al Haakim dalam Al Mustadrak)
Para ulama berbeda pendapat tentang hukum memandang wajah lawan jenis. Sebagian pendapat yang rajih mengatakan haram bagi laki2 memandang wanita non-mahrom walau tanpa syahwat, sedangkan bagi wanita haram memandang laki2 kecuali tanpa syahwat. Namun yang jelas ada beberapa pendapat tentang hal ini. Namun sungguh mengherankan untuk perkara memandang saja masih diperselisihkan boleh-tidaknya, artinya hal ini mengandung sesuatu yang beralasan untuk dilarang, bahkan yang lebih rajih pendapat melarangnya, eh malah kita memampang wajah2 kita dimana-mana. Apakah kita tidak khawatir dan tidak takut bila ternyata disisi ALLOH ini adalah perkara yang dilarang?
3. Jangan sombong dengan merasa berhati tegar! Sungguh hati manusia sangat lemah. Sebuah gambar bisa membuat rusak hatimu, rusak niatmu, hangus pahalamu, hilang kesucian hatimu, dan kaupun akhirnya jauh dari ALLOH. Perhatikanlah Fudhail bin Iyadh rahimahullah, seorang ‘alim, seorang shalih, ahli ilmu dan ibadah, 40 tahun tak pernah ia telat untuk mendapat shaf pertama dalam shalat, namun ia mengatakan “Sungguh yang yang paling aku takutkan adalah fitnah wanita”. Sungguh beliau sangat memahami sabda Rosulullah shollallohu ‘alaihi wa sallam, “Tidaklah aku meninggalkan fitnah setelahku yang lebih berbahaya bagi kaum pria melebihi kaum wanita” (Muttafaqun ‘alaih)
4. Di dalam Islam, sebelum menikah disyariatkan nazhor. Yaitu melihat calon pasangan, menurut pendapat yang paling kuat hanya sebatas muka dan telapak tangan. Agar tidak menikahi kucing dalam karung. Nah, kalau Islam memperbolehkan wanita memampang wajah2nya dimana-mana untuk apa ALLOH dan Rasul-Nya memerintahkan nazhor sebelum menikah? Lha wong tiap hari bisa kelihatan. Maka disyariatkannya nazhor adalah dalil bahwa wajah wanita tidak boleh sembarang dilihat orang. Tidak boleh diobral, khusus yang 'serius'  :)
5. Para ulama berbeda pendapat tentang hukum menutup wajah (dengan cadar atau semacamnya). Dalilnya:
Wahai Nabi katakanlah kepada isteri-isterimu, anak-anak perempuanmu dan isteri-isteri orang mu’min. Hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka” [Q.S. Al-Ahzab : 59]
Walau memang yang lebih rajih adalah hukumnya hanya mustahab (sunnah), tidak wajib. Nah jika menutup wajah hukumnya antara wajib dan sunnah, lha ini koq malah di buka2 dan dipampang dimana-mana?
7. Dizaman teknologi canggih ini fitnah syahwat semakin dahsyat. Bahkan pelecehan bisa dilampiaskan dengan gambar. Betapa banyak artis wanita yang mengobral wajah dikoran, majalah dan TV tiba2 ditemukan fotonya tanpa pakaian. Padahal ia tidak pernah merasa diambil gambar tanpa pakaian. Ketahuilah itu bukan hal sulit dimasa sekarang, retouching gambar, copy disini, paste di situ, kepala ini badannya itu, dalam hitungan menit pun jadi. Apakah kita tidak khawatir?
8. Dan masih banyak lagi dalil dan alasan lain yang ana tidak bisa tuliskan semuanya.

Wallahu'alam.

Cerita

Jika setiap manusia pernah tinggal seorang diri di dalam rahim dan kelak juga sendiri saat dalam kubur, mengapa kesendirian sering membuat resah? Apakah karena kesendirian acapkali membuat seseorang menjadi salah tingkah? Tengoklah misalnya, Mr. Walt Kowalski, seorang veteran US army di film Gran Torino. Di masa tuanya ia tinggal menyendiri, ditemani Daisy (maaf, ini nama anjing beliau) dan mobil tuanya Ford Gran Torino. Anak dan cucu Mr. Kowalski lebih suka tinggal menjauh sembari berharap episode hidup Mr Kowalski segera berakhir dan warisan segera dibagi. Adapun kegiatan sehari-hari Mr Kowalski ini, mengelap mobil (yang tak pernah dikendarainya) sampai licin mengilap, kemudian memandangnya dengan takjub sambil minum bir dingin dan mengobrol dengan Daisy.

Apakah Mr. Kowalski kesepian dalam kesendiriannya? Benarkah kesendirian sewarna dengan kesepian? Mari kita melihatnya dari kacamata Ushman, seorang pedagang permadani asal Iran di novel berjudul Rug Merchant, karya Meg Mullins. Edisi bahasa Indonesianya diterbitkan oleh PT Bentang Pustaka, Mei 2009. Bermodal ‘kartu hijau’ hasil undian, Ushman berangkat ke Amerika, meninggalkan Farak, istrinya, dan usaha permadani warisan keluarganya. Ia menyuruk di salah satu sudut kota New York, membuka toko permadani, dan perlahan mulai bisa menjejakkan kakinya dengan kokoh di kota super sibuk itu. Ketekunannya menjalin relasi dengan para pelanggan sejalan dengan kesungguhannya memelihara permadani impian di benaknya: membawa Farak ke Amerika dan memulai hidup sejahtera di sana. Awalnya, kesendirian tidak menjadi masalah bagi Ushman selama dia bisa merebahkan badannya di atas permadani impiannya itu. Sampai dia mendengar kabar istrinya itu menjalin hubungan dengan seorang pedagang dari Turki. Farak pun terang-terangan mengakuinya.


Dari sinilah Ushman harus mengakui bahwa rajutan kisah hidupnya tak seindah pola-pola geometris permadani persia yang dijualnya. Kesepian mulai membayang saat impian di benaknya mulai berangsur pudar. Semakin kuat dia mempertahankan impiannya justru semakin terang gambaran kenyataan di mata sadarnya bahwa rumah tangganya bersama Farak telah hancur berantakan, menyisakan rongga kosong dalam hatinya. Di saat itulah Ushman bertemu Stella, gadis Amerika yang tengah menghadapi ‘kekosongannya’ sendiri: tak ada pesta dan kawan di hari ulang tahunnya yang ke sembilanbelas.

Usia Stella itu jelas terpaut jauh darinya, dan sudah pasti ia memiliki latar budaya yang berbeda dengan Ushman. Stella yang cerdas dan terbuka tak mendapatkan masalah yang berarti ketika hubungannya dengan Ushman semakin mendalam dan emosional. Sebaliknya, Ushman selalu diliputi keraguan dan gamang menyikapi hubungan mereka itu. Ushman merasa ‘tidak pantas’ mendapatkan Stella. Dia juga melihat cinta Stella kepadanya tumbuh di dalam diri Stella yang masih belia. Ada kekhawatiran suatu saat Stella akan meninggalkannya. ‘Bagian dari Stella yang belum berkembang adalah sama dengan bagian dari Stella yang mencintainya.... Saat Stella tumbuh dewasa, rasa hormat Stella untuknya akan layu...’

Hubungan mereka makin runyam dibayangi relasi Ushman dengan Ny. Roberts, salah seorang pelanggan setia Ushman. Bagi Ushman, Ny Roberts ‘hanyalah’ pelanggan kaya raya dengan selera yang sulit dipuaskan dan ‘keinginan aneh terhadap segala sesuatu yang tidak bisa dimiliki’ yang tak lain bentuk pelarian dari kesepian Ny Roberts sendiri. Tiga orang dengan kekosongan yang berbeda bertemu dan menuliskan kisahnya masing-masing layaknya pola warna-warni di atas hamparan permadani. Menjadi menarik ketika pola itu saling bersentuhan, berkelindan dan mempertahankan iramanya sendiri.

Ketika hubungannya dengan Stella berakhir, Ushman melanjutkan hidup tanpa harus merasa ada yang kosong. ‘Ti penso sempre (aku selalu memikirkanmu)’, kata Stella sebelum menutup telepon dia pergi. Dan Ushman, ‘meskipun air mata mengalir di pipinya, ia tersenyum’, seakan memaklumi bahwa relasi itu memang harus berhenti seperti ujung pola-pola permadani.

Novel ringan dengan plot sederhana ini diolah dengan lincah oleh Meg Mullins melalui dialog yang kadang tak terduga dan sesekali juga jenaka. Interaksi dua budaya menjadi momen yang menarik ketika masing-masing mulai menemukan titik persamaan. Di situs pribadinya, Mullins menceritakan bagaimana pemahamannya terhadap karakter Ushman didasari atas keyakinannya bahwa manusia selalu punya kesamaan satu dengan lainnya. ‘The beauty of humanity is that none of us is so very different at our core. As I was writing about Ushman, I never felt he was unlike me. I certainly have a great respect for the vast differences in our cultures and our backgrounds, even our genders, but I loved discovering similarities, too. Love and pain, loneliness and desire are universal experiences and we are all linked by them.’ Kesamaan itu, apa pun bentuknya, barangkali memang bisa menjadi alasan paling mendasar untuk tidak perlu merasa sendiri dan sepi di tengah lingkungan manusia lain, di mana pun di bumi ini...

Jumat, 26 November 2010

KEUTAMAAN BERBAKTI KEPADA ORANG TUA

[1]. Merupakan Amal Yang Paling Utama
‘Abdullah bin Mas’ud radhiyallaahu ‘anhu berkata.
“Artinya : Aku bertanya kepada Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam, ‘Amal apakah yang paling utama ?’ Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam menjawab, ‘Shalat pada waktunya (dalam riwayat lain disebutkan shalat di awal waktunya).’ Aku bertanya lagi, ‘Kemudian apa ?’ Nabi menjawab : ‘Berbakti kepada kedua orang tua.’ Aku bertanya lagi : ‘Kemudian apa ?’ Nabi menjawab, ‘Jihad di jalan Allah’ [HR. Bukhari 527, Muslim dlm kitabul iman 85]

[2]. Ridha Allah Bergantung Kepada Ridha Orang Tua
Sesuai hadits Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam, disebutkan :
“Artinya : Dari ‘Abdullah bin ‘Amr bin ‘Ash radhiyallaahu ‘ anhuma, bahwa Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda : “Ridha Allah bergantung kepada keridhaan orang tua dan murka Allah bergantung kepada kemurkaan orang tua” [HR. Bukhari dlm adabul mufrad 2, Ibnu Hibban dlm al mawbrid 2026]

[3]. Berbakti Kepada Orang Tua Dapat
Menghilangkan Kesulitan Yang Sedang Dialami Yaitu, dengan cara bertawassul dengan amal shalih tersebut. Dalilnya adalah hadits riwayat dari Ibnu ‘Umar radhiyallaahu ‘anhuma mengenai kisah tiga orang yang terjebak dalam gua, dan salah seorangnya bertawassul dengan bakti kepada ibu bapaknya.
Haditsnya sebagai berikut :
“Artinya : ...Pada suatu hari tiga orang dari umat sebelum kalian sedang berjalan, lalu kehujanan. Mereka berteduh pada sebuah gua di kaki sebuah gunung. Ketika mereka berada di dalamnya, tiba - tiba sebuah batu besar runtuh dan menutupi mulut gua. Sebagian mereka berkata kepada yang lain : ‘Ingatlah amal terbaik yang pernah kamu lakukan.’ Kemudian mereka memohon kepada Allah dan bertawassul melalui amal tersebut, dengan harapan agar Allah menghilangkan kesulitan tersebut. Salah satu di antara mereka berkata : ‘Ya Allah, sesungguhnya aku mempunyai kedua orang tua yang sudah lanjut usia sedangkan aku mempunyai isteri dan anak - anak yang masih kecil. Aku menggembala kambing, ketika pulang ke rumah aku selalu memerah susu dan memberikan kepada kedua orang tuaku sebelum orang lain. Suatu hari aku harus berjalan jauh untuk mencari kayu bakar dan mencari nafkah sehingga pulang sudah larut malam dan aku dapati orang tuaku sudah tertidur, lalu aku tetap memerah susu sebagaimana sebelumnya. Susu tersebut tetap aku pegang lalu aku mendatangi keduanya namun keduanya masih tertidur pulas. Anak - anakku merengek - rengek menangis untuk meminta susu ini dan aku tidak memberikannya. Aku tidak akan memberikan kepada siapa pun sebelum susu yang aku perah ini kuberikan kepada kedua orang tuaku. Kemudian aku tunggu sampai keduanya bangun. Pagi hari ketika orang tuaku bangun, aku berikan susu ini kepada keduanya. Setelah keduanya minum lalu kuberikan kepada anak - anakku. Ya Allah, seandainya perbuatan ini adalah perbuatan yang baik karena mengharap wajahMu, maka bukakanlah mulut gua ini.’ Maka batu yang menutupi pintu gua itu pun bergeser sedikit..”[HR. Bukhari 2272, Muslim 2743]

[4]. Akan Diluaskan Rizki Dan Dipanjangkan Umur
Sesuai sabda Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam
“Artinya : Barangsiapa yang ingin diluaskan rizkinya dan dipanjangkan umurnya, maka hendaklah ia menyambung silaturrahimnya.” [HR. Bukhari 5985-5986, Muslim 2557]
Dalam silaturahmi, yang harus didahulukan adalah silaturahmi kepada orang tua sebelum kepada yang lain. Banyak di antara saudara - saudara kita yang sering berkunjung kepada teman - temannya, tetapi kepada orang tuanya sendiri jarang, bahkan tidak pernah. Padahal ketika masih kecil, dia selalu bersama orang tuanya. Sesulit apa pun harus tetap diusahakan untuk bersilaturahmi kepada kedua orang tua, karena dekat kepada keduanya insya Allah akan dimudahkan rizki dan dipanjangkan umurnya.

[5]. Akan Dimasukkan Ke Surga oleh Allah ‘Azza wa Jalla
Berbuat baik kepada orang tua dan taat kepada keduanya dalam kebaikan merupakan jalan menuju Surga. Sedangkan durhaka kepada orang tua akan mengakibatkan seorang anak tidak masuk Surga. Dan di antara dosa - dosa yang Allah ‘Azza wa Jalla segerakan adzabnya di dunia adalah berbuat zhalim dan durhaka kepada orang tua. Dengan demikian, jika seorang anak berbuat baik kepada orang tuanya, Allah akan menghindarkannya dari berbagai malapetaka, dengan izin Allah ‘Azza wa Jalla dan akan dimasukkan ke Surga.

Insya Allah bermanfaat bagi kami dan anda semua, amin !

INSTAL CINTA KASIH

KotaSantri.com - Customer Service (CS) : Ya, ada yang bisa saya bantu?

Pelanggan (P) : Baik, setelah saya pertimbangkan, saya ingin menginstal cinta kasih. Bisakah anda memandu saya menyelesaikan prosesnya?

CS : Ya, saya dapat membantu anda. Anda siap melakukannya?

P : Baik, saya tidak mengerti secara teknis, tetapi saya siap untuk menginstalnya sekarang. Apa yang harus saya lakukan dahulu?

CS : Langkah pertama adalah membuka HATI anda. Tahukan anda di mana HATI anda?

P : Ya, tapi ada banyak program yang sedang aktif. Apakah saya tetap bisa menginstalnya sementara program-program tersebut aktif?

CS : Program apa saja yang sedang aktif?

P : Sebentar, saya lihat dulu, Program yang sedang aktif adalah SAKITHATI.EXE, MINDER.EXE, DENDAM.EXE dan BENCI.COM.

CS : Tidak apa-apa. CINTA-KASIH akan menghapus SAKITHATI.EXE dari system operasi Anda. Program tersebut akan tetap ada dalam memori anda, tetapi tidak lama karena akan tertimpa program lain. CINTA-KASIH akan menimpa MINDER.EXE dengan modul yang disebut PERCAYADIRI.EXE. Tetapi anda harus mematikan BENCI.COM dan DENDAM.EXE. Program tersebut akan menyebabkan CINTA-KASIH tidak terinstal secara sempurna. Dapatkah anda mematikannya?

P : Saya tidak tahu cara mematikannya. Dapatkah anda memandu saya?

CS : Dengan senang hati. Gunakan Start menu dan aktifkan MEMAAFKAN.EXE. Aktifkan program ini sesering mungkin sampai BENCI.COM dan DENDAM.EXE terhapus.

P : OK, sudah. CINTA-KASIH mulai terinstal secara otomatis. Apakah ini wajar?

CS : Ya, anda akan menerima pesan bahwa CINTA-KASIH akan terus diinstal kembali dalam HATI anda. Apakah anda melihat pesan tersebut?

P : Ya. Apakah sudah selesai terinstal?

CS : Ya, tapi ingat bahwa anda hanya punya program dasarnya saja. Anda perlu mulai menghubungkan HATI yang lain agar untuk mengupgradenya.

P : Oops. Saya mendapat pesan error. Apa yang harus saya lakukan?

CS : Apa pesannya?

P : "ERROR 412 - PROGRAM NOT RUN ON INTERNAL COMPONENT". apa artinya?

CS : Jangan kuatir, itu masalah biasa. Artinya, program CINTA-KASIH diset untuk aktif di HATI eksternal tetapi belum bisa aktif dalam HATI internal anda. Ini adalah salah satu kerumitan pemrograman, tetapi dalam istilah non-teknis ini berarti anda harus men-"CINTA-KASIH"-i mesin anda sendiri sebelum men-"CINTA-KASIH"-i orang lain.

P : Lalu apa yang harus saya lakukan?

CS : Dapatkan anda klik pulldown direktori yang disebut "PASRAH"?

P : Ya, sudah.

CS : Bagus. Pilih file-file berikut dan salin ke direktori "MYHEART" MEMAAFKAN-DIRI-SENDIRI.DOC, dan MENYADARI-KEKURANGAN.TXT. sistem akan menimpa file-file konflik dan mulai memperbaiki program-program yang salah. Anda juga perlu mengosongkan Recycle Bin untuk memastikan program-program yang salah tidak muncul kembali.

P : Sudah. Hei! HATI saya terisi file-file baru. SENYUM.MPG aktif di monitor saya dan menandakan bahwa DAMAI.EXE dan KEPUASAN.COM dikopi ke HATI. Apakah ini wajar? v CS : Kadang-kadang. Orang lain mungkin perlu waktu untuk mendownloadnya. Jadi CINTA-KASIH telah terinstal dan aktif. Anda harus bisa menanganinya dari sini. Ada satu lagi hal yang penting.

P : Apa?

CS : CINTA-KASIH adalah freeware. Pastikan untuk memberikannya kepada orang lain yang anda temui. Mereka akan share ke orang lain dan seterusnya sampai anda akan menerimanya kembali.

Asal Ibadah itu haram!!!

Asal Ibadah haram. Itu benar adanya. Dan Qaidah tersebut ada di kitab Iilaamul-muwaqqi'in karangan Ibnul-qoyyim Aljawzy. Salah satu ulama besar yang menjadi panutan kaum salafi wahabi.

Tapi permasalahannya adalah kita juga mesti baca kelanjutan penjelasannya, Ibadah seperti apa yg di maksud dalam Qa'idah tersebut. Ialah ibadah maghdlah (murni), seperti shalat, zakat puasa ibadah haji dll. Itu jelas kita semua telah sepakati haram untuk menambah apalagi mengurangi.

Masalahnya bentuk ibadah (mendekatkan diri) itu kan tidak melulu maghdlah. Kita mengenal ada ibadah maghdhloh dan ada ibadah ghoiru maghdhloh.

Mereka biasanya mengaburkan permasalahan dengan asumsi mereka bahwa jika bid'ah hasanah itu ada maka dikhawatirkan orang-orang akan menambah rokaat sholat shubuh. Suatu kekhawatiran yang sebenarnya sangat baik niatannya tapi cenderung membabi buta dalam aplikasinya.

Sejak kapan para pecinta bid'ah hasanah yang senantiasa bersenandung sholawat dalam acara maulidan dan berdzikir dalam tahlilan menambah sholat shubuhnya menjadi lebih dari dua rokaat???

Apakah orang yang menganggap sesat tahlilan dan maulidan telah memposisikan ibadah-ibadah yang terdapat didalamnya sebagai ibadah maghdloh yang setara kedudukannya dengan sholat fardhu, zakat dan puasa???
jika jawabannya iya, maka silahkan saja tahlilan dan maulidan itu sesat bagi mereka, tapi tidak bagi orang-orang yang mengetahui bahwa ibadah-ibadah yang ada didalamnya adalah ibadah ghoiru maghdloh. Jangan memaksakan kehendak lantaran ketidak tahuan dunkz.

Penjelasan inilah yang senantiasa disembunyikan oleh kaum wahabi (atau dengan berhusnudzon mungkin mereka tidak tahu karena biasanya mereka hanya mengandalkan data jadi di dunia maya tanpa melihat tekstual kitab aslinya), lihatlah bagaimana mereka berani memotong penjelasan ulama untuk diarahkan ke arah penafsirannya untuk mengelabui publik di dunia maya, sangat jarang (bahkan saya belum pernah mendapati) mereka mendetailkan penjelasan akan kaidah ini jika sedang beradu hujjah. Terutama ketika menyerang amalan2 baik kelompok muslim lainnya diluar golongan mereka yang notabene meyakini keberadaan bid'ah hasanah, semisal tahlilan dan maulidan.

Seharusnya jika mereka ingin fair mensosialisasikan budaya "ilmu sebelum beramal" maka mereka harus jujur terhadap penjelasan mendetail terhadap kaidah ini sebelum mereka membid'ahkan suatu amalan yang mereka belum fahami dalilnya.

Sehingga sebenarnya mudah saja mematahkan hujjah kaum salafi wahabi jika mempermasalahkan amalan baik yang kita lakukan hanya semata-mata karena tidak dicontohkan Baginda Rasulullah saw, mereka akan pusing tujuh keliling lapangan golf jika kita bertanya balik kepada mereka apa dalil pelarangannya. Karena selain kaidah "asal ibadah adalah haram", dalam kaidah fiqh lainnya kita mengenal kaidah الترك لا يدل علي التحريم alias "segala sesuatu yang tidak dilakukan sama sekali tidak menunjukkan keharaman". Justru mengapa kaidah ini mereka tidak sosialisasikan???, entahlah daku bingung memikirkannya.

Padahal jika kita ingin berfastabiqul khoiroot (berlomba-lomba dalam kebaikan) seharusnya kita tidak sempit berfikir dengan membid'ahkan/menyesatkan suatu amalan hanya karena tidak dicontohkan nabi/ shahabat. Walhal Baginda dan para shahabat tidak pernah mencontohkan suatu pesantren/ madrasah ataupun pengajian mingguan. Lantas apakah kita yang mengaji di madrasah/pesantren dan kita yang biasanya mengaji seminggu sekali disaat libur bekerja telah berbuat kesesatan hanya karena nabi dan shahabat tidak pernah mengkhususkan kajian ta'limnya dihari-hari khusus semisal hari minggu????

Afalaa ta'qiluun???
wallahu a'lam bis showaab...

Kamis, 25 November 2010

Laskar Permadani: Kedamaian adalah CINTA

Laskar Permadani: Kedamaian adalah CINTA: "Adalah ketika kamu menitikkan air mata dan MASIH peduli terhadapnya ... Adalah ketika dia tidak memperdulikanmu dan kamu MASIH menunggunya ..."

Rabu, 24 November 2010

Kedamaian adalah CINTA

Adalah ketika kamu menitikkan air mata dan MASIH peduli terhadapnya ...

Adalah ketika dia tidak memperdulikanmu dan kamu MASIH menunggunya
dengan setia ...
Adalah ketika dia mulai mencintai orang lain dan kamu MASIH bisa
tersenyum sembari berkata 'Aku turut berbahagia untukmu"

Apabila cinta tidak tergapai ...BEBASKAN dirimu ...
Biarkan hatimu kembali melebarkan sayapnya dan terbang ke alam bebas
LAGI ...

Ingatlah ...
Bahwa kamu mungkin menemukan cinta dan kehilangannya ..
tapi..
ketika cinta itu mati ...kamu tidak perlu MATI bersamanya ...
Orang terkuat BUKAN mereka yang selalu menang ...

MELAINKAN mereka yang tetap berdiri tegap ketika mereka jatuh ...
Entah bagaimana ...dalam perjalanan kehidupan ,
kamu belajar tentang dirimu sendiri ...
dan menyadari bahwa penyesalan tidak seharusnya terjadi ...

HANYALAH penghargaan abadi atas pilihan-pilihan kehidupan yang telah
kamu buat .


TEMAN SEJATI adalah ...
mengerti ketika kamu berkata "Aku lupa"
Menunggu selamanya ketika kamu berkata "Tunggu Sebentar"
Tetap tinggal ketika kamu berkata "Tinggalkan aku sendiri"
Membuka pintu meskipun kamu BELUM mengetuk?

MENCINTAI ...
bukanlah bagaimana kamu melupakan ... melainkan bagaimana kamu MEMAAFKAN
bukan bagaimana kamu mendengarkan ... melainkan bagaimana kamu MENGERTI
bukan apa yang kamu lihat ... melainkan apa yang kamu RASAKAN ...
bukan bagaimana kamu melepaskan ... melainkan bagaimana kamu BERTAHAN
Lebih berbahaya mencucurkan airmata dalam hati ...
dibandingkan menangis tersedu-sedu ...

Air mata yang keluar dapat dihapus ...
sementara airmata yang tersembunyi menggoreskan luka yang tidak akan
pernah hilang ...

Dalam urusan cinta , kita SANGAT JARANG menang ...
Tapi ketika cinta itu TULUS ... meskipun kalah,
kamu TETAP MENANG hanya karena kamu berbahagia ...
dapat mencintai seseorang ...
LEBIH dari kamu mencintai dirimu sendiri

Akan tiba saatnya dimana kamu harus berhenti mencintai seseorang
bukan karena orang itu berhenti mencintai kita..
MELAINKAN karena kita menyadari bahwa orang itu akan lebih berbahagia
apabila kita melepaskannya .


Apabila kamu benar-benar mencintai seseorang , jangan lepaskan dia ...
Jangan percaya bahwa melepaskan SELALU berarti kamu benar-benar
mencintai tapi.. BERJUANGlah demi cintamu .
Itulah CINTA SEJATI .
Lebih baik menunggu orang yang kamu inginkan DARIPADA
Berjalan bersama 'yang ada'

Kadang kala , orang yang kamu cintai adalah orang yang PALING menyakiti
hatimu dan kadang kala , teman yang menangis bersamamu adalah cinta
yang tidak kamu sadari...

Dunia bukan panggung sandiwara

“Ki, ana sering mendengar beragam pendapat orang ketika mereka ditanya bagaimana mereka memaknai kehidupan dunia ini, ada yang mengatakan bahwa kehidupan dunia ini panggung sandiwara, ada yang mengatakan hidup ini perjuangan, dan lain sebagainya, menurut Aki sendiri bagaimana ki…?” Tanya Maula.

“Menurut hemat Aki, kehidupan dunia ini adalah pengabdian Nak Mas….?” Jawab Ki Bijak.

“Kehidupan dunia ini pengabdian ki…..?” Maula baru mendengar pendapat seperti itu.

“Benar Nak Mas, hidup dan kehidupan kita didunia ini semata untuk mengabdi kepada Allah swt, lain tidak, sesuai dengan firman_Nya dalam Surat Ad-dzariyat ayat 56…..” Kata Ki Bijak sambil mengutip ayat dimaksud;

56. Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku.

“Akan halnya orang yang berpendapat bahwa dunia dan kehidupannya merupakan panggug sandiwara ki….?” Tanya Maula

“Setiap orang berhak memiliki pendapat yang berbeda dalam memaknai kehidupan ini Nak Mas, tapi coba Nak Mas perhatikan ada apa saja diatas panggung sandiwara….” Kata Ki Bijak.

“Banyak sekali ki, dalam sebuah pementasan, beragam karakter dan peran ada, ada orang yang kaya, ada orang yang miskin, ada orang yang baik, ada juga orang yang jahat, ada yang ta’at, ada pula pembangkang, ada bromocorah, ada juga ksatria, ada raja, ada juga hamba, ada orang alim, ada pula orang jahil, hampir menyerupai kehidupan nyata ki…….” Kata Ki Bijak.

“Menyerupai memang, tapi takkan sama, Nak Mas tahu bedanya…? Bedanya adalah apa yang ada diatas panggung sandiwara itu hanya pura-pura, hanya kebohongan…, kalau ada yang kaya, tidak berarti ia kaya beneran, pun kalau ada yang miskin, kemiskinannya pun bohongan..;

“Kalau ada yang taat, maka ketaatannya bohongan, bukan ketaatan yang sebenarnya, ketaatannya semata hanya ingin tampil baik dihadapan penonton, ketaataanya hanya ingin pujian, bukan lahir dari ketulusan dan keikhlasan…”

“Pun demikian karakter dan peran lainnya, semuanya hanya pura-pura dan bohongan…., Nak Mas bisa bayangkan kalau kehidupan kita ini disamakan dengan peran actor dipanggung sandiwara, maka Nak Mas akan mendapati orang yang taat kepada Allah, tapi taatnya bohongan, taatnya hanya kalau ada keperluan, taatnya hanya disaat ditimpa kemalangan, taatnya hanya karena ingin jabatan, taatnya hanya karena ingin pujian, taatnya hanya kamuflase, betapa orang yang pura-pura taat ini akan menderita kerugian yang sangat, karena Allah hanya akan menerima ketaatan yang didasari keikhlasan dan ketulusan sebagai pengabdian seorang mahluk kepada khaliqnya…….” Kata Ki Bijak.

“Iya ya ki…., kalau ada orang shalatnya hanya sandiwara agar dibilang orang yang shaleh, apa jadinya ya ki…? Atau ada orang yang gembar gembor menganjurkan orang lain shalat semata karena sandiwara, hanya karena ingin dipuji, ini juga menjadi lucu…..” Kata Maula.

“Pun kalau ada orang yang shaumnya hanya sandiwara, karena malu sama teman dan keluarga, shaum semacam ini tidak memiliki nilai apapun disisi Allah swt…..” Kata Ki Bijak,

“Atau kalau ada orang yang zakat dan sedekahnya hanya sandiwara, hanya karena ingin disebut dermawan, zakat dan sedekah semacam ini pun tidak memiliki nilai apapun disisin Allah….”

“Apalagi pergi haji, yang sangat mudah disisipi oleh perasaan riya, hajinya karena kebanyakan harta, hajinya hanya sandiwara, maka haji semacam inipun tidak lain hanya menghabiskan uang tanpa makna…….” Kata Ki Bijak lagi.

“Kalau shalatnya hanya sandiwara dan pura-pura, zakatnya pura-pura, hajinya pun pura-pura, mungkin dapat surganya pun surga-surgaan ya ki…….” Kata Maula lagi.

“Mungkin saja seperti itu Nak Mas, mereka yang bersandiwara dalam ibadah, akan memperoleh kebahagiaan (surga) sesaat dari pujian orang lain didunia ini, karena yang mereka sembah pun sebenarnya bukan Allah, tapi tuhan-tuhanan, bisa tuhan yang bernama harta, tuhan yang bernama tahta atau bahkan tuhan bernama wanita…” Lanjut Ki Bijak.

“Iya ki…., akan halnya dengan mereka yang memakna kehidupan ini dengan perjuangan ki….?” Tanya Maula.

Ki Bijak menarik nafas panjang, “Kata perjuangan sebenarnya sangat bagus, hanya kadang kita kerap salah memaknainya, dengan kata perjuangan sering ditafsirkan untuk selalu ‘berperang’ dan ‘bertempur’, sehingga mereka yang memaknai hidupnya dengan perjuangan, sering terjebak dengan makna yang mereka buat sendiri, kehidupannya selalu diwarnai dengan ketidak tenangan, mereka seakan selalu berhadapan dengan musuh, mereka selalu merasa dikejar-kejar, mereka selalu merasa harus buru-buru, dan lain sebagainya…, maka perjuangan yang seharusnya bermakna positif, tidak jarang malah menjadikan kehidupan seseorang seakan selalu berada dimedan pertempuran, jauh dari kedamaian, jauh dari ketenangan, jauh dari rasa persahabatan…..”

“Lain halnya ketika kita memaknai kehidupan ini sebagai pengabdian kepada Allah semata, pengabdian tidak pernah menuntut upah, pengabdian tidak pernah ingin pamrih, pengabdian tidak pernah mengharap pujian, pengabdian adalah keikhlasan dan ketulusan, pengabdian adalah penyerahan diri secara total kepada Allah swt tanpa pretense apapun…..”

“Insya Allah, dengan kehidupan seperti ini, kita tidak terbebani ketika Allah mewajibkan kita menjalani syari’at_Nya, bahkan ketika Allah menyuruh kita untuk bangun malam, untuk tahajud, dengan dasar pengabdian, maka tahajud bukanlah beban…”

“Pun ketika Allah memerintahkan kita mengeluarkan sebagian harta kita, mereka yang menyadari bahwa perintah itu adalah ujian terhadap pengabdiannya, maka ia akan dengan sangat rela dan ikhlas membelanjakan hartnya dijalan Allah….”

“Orang yang memaknai hidupnya sebagai pengabdian kepada Allah,tidak akan mengeluh ketika harus menahan lapar dan dahaga untuk shaum, orang yang memaknai hidupnya sebagai pengabdian, akan menjalankan apapun yang diperintahkan Allah dengan sungguh-sungguh dan disertai keikhalasan……” Kata Ki Bijak panjang lebar.

“Benar Ki…,ana setuju, hidup adalah pengabdian kepada Allah swt……” Kata Maula sambil menyalami Ki Bijak untuk pamitan.

Wassalam

Pa.....................h, kenap kucing gak sholat ya...???

PAH…., KENAPA KUCING NGGAK SHALAT…?

“Kenapa Nak Mas…..?’ Tanya Ki Bijak melihat Maula yang tengah senyum-senyum sendiri.

“Oooh ini Ki, ana sedang teringat pertanyaan Ade kemarin sore….” Kata Maula.

“Pertanyaan apa Nak Mas….?” Tanya Ki Bijak.

“Kemarin sora Ade ikut ana ke Masjid Ki, ditengah perjalanan, ada seekor kucing hitam, spontan Ade bertanya pada ana, “Pah kucing itu sedang apa….’, ana pun menjawab secara spontan juga ‘kucing itu sedang main De…” Kata Maula.

“Lalu…?” Tanya Ki Bijak yang belum menemukan arah pembicaraan Maula.

“Lalu Ade mengejar ana dengan pertanyaan lanjutan ‘ Pah kenapa kucing itu sore-sore masih main…, kenapa kucing itu tidak shalat pah…’…, dan ana masih menjawab dengan ringan…’ yaah namanya juga kucing De, kucing ya memang nggak shalat…..’, jawab ana ketika itu…..” Kata Maula lagi.

“Dan yang membuat ana terkejut adalah ucapan Ade selanjutnya Ki…..” Kata Maula lagi.

“Ucapan apa itu Nak Mas…?” Tanya Ki Bijak.

“Pah.., kalau orang tidak shalat seperti kucing ya pah….’, ana terkejut sekali dengan ucapan kritis itu, “kalau ada orang yang tidak shalat, seperti kucing?”, dan ana hanya bisa menjawab, ‘makanya Ade harus shalat, biar nggak kayak kucing……” Kata Maula.

Ki Bijak tersenyum; “Subhanallah, anak yang cerdas, semoga putra Nak Mas bisa menjadi anak yang shaleh dikemudian hari….” Kata Ki Bijak setelah mengerti kenapa Maula seperti tersenyum –senyum sendiri tadi.

“Amiin…., tapi Ki, ana juga jadi bertanya, kenapa kucing dan mahluk lain selain manusia tidak dibebani kewajiban shalat dan syari’at lainnya ya ki…..?” Tanya Maula.

Ki Bijak kembali tersenyum, “Nak Mas perhatikan ayat ini;

44. Langit yang tujuh, bumi dan semua yang ada di dalamnya bertasbih kepada Allah. dan tak ada suatupun melainkan bertasbih dengan memuji-Nya, tetapi kamu sekalian tidak mengerti tasbih mereka. Sesungguhnya dia adalah Maha Penyantun lagi Maha Pengampun. (Al Israa:44)

“Langit yang tujuh, bumi dan semua yang ada di dalamnya bertasbih kepada Allah. dan tak ada suatupun melainkan bertasbih dengan memuji-Nya, tetapi kamu sekalian tidak mengerti tasbih mereka’, artinya semua mahluk, termasuk juga kucing, kambing, burung, semut, bebatuan, air, rerumputan bahkan udara, langit dan bumi, semua bertasbih dan memuji kepada Allah, hanya kita yang tidak mengerti seperti apa tasbih mereka seperti tertera dalam ayat ini…..”

“Sementara shalat yang kita lakukan, secara sederhana juga berisi tasbih kita kepada Allah, dalam ruku’ kita membaca tasbih, ketika sujudpun kita membaca tasbih, selain tentunya bacaan-bacaan lain, jadi dalam hemat Aki, kita.., sebagai manusia, memiliki ‘kesamaan’ kewajiban dengan mahluk Allah lainnya, tentu dengan porsi yang berbeda-beda menurut kehendak Allah, hanya bentuk dzahir dari tasbihnya saja yang berbeda-beda, sebagaimana Allah juga menerangkan bahwa setiap umat diberikan ketetapan syari’at yang berbeda; Dan Nak Mas perhatikan ayat ini…” Ki Bijak memberi penjelasan kepada Maula sambil mengutip beberapa ayat al qur’an


67. Bagi tiap-tiap umat Telah kami tetapkan syari'at tertentu yang mereka lakukan, Maka janganlah sekali-kali mereka membantah kamu dalam urusan (syari'at) Ini dan Serulah kepada (agama) Tuhanmu. Sesungguhnya kamu benar-benar berada pada jalan yang lurus. (Al Hajj:67)


38. Dan tiadalah binatang-binatang yang ada di bumi dan burung-burung yang terbang dengan kedua sayapnya, melainkan umat (juga) seperti kamu. tiadalah kami alpakan sesuatupun dalam Al-Kitab[472], Kemudian kepada Tuhanlah mereka dihimpunkan.(Al An’am)

[472] sebahagian Mufassirin menafsirkan Al-Kitab itu dengan Lauhul mahfudz dengan arti bahwa nasib semua makhluk itu sudah dituliskan (ditetapkan) dalam Lauhul mahfudz. dan ada pula yang menafsirkannya dengan Al-Quran dengan arti: dalam Al-Quran itu Telah ada pokok-pokok agama, norma-norma, hukum-hukum, hikmah-hikmah dan pimpinan untuk kebahagiaan manusia di dunia dan akhirat, dan kebahagiaan makhluk pada umumnya.

“Seperti juga beberapa bagian dalam bacaan iftitah shalat kita’ inna shalati wanusuki wama yahya wamammati lillahirabbil’alamiin, laa syarikallahuwa bidzalika umirtu wa anna minal muslimin….’adalah ucapaan atau ungkapan Nabi Ibrahim As, tapi kita tidak tahu dalam posisi dan kondisi seperti apa Nabi Ibrahim mengucapkan kalimat-kalimat itu, mungkin tidak sedang berdiri seperti shalat kita sekarang ini…”

“Pun dengan shaumnya Nabi Daud, berbeda secara syari’at lahiriah, tapi secara hakekat sama, menjalankan pengabdiannya kepada Allah sebagai mahluk…..”Tambah Ki Bijak.

Maula dengan segera memperhatikan ayat-ayat yang ditunjukan gurunya; “Jadi jawaban ana kepada Ade kemarin bahwa kucing tidak shalat (baca: tidak bertasbih), salah ya ki, karena semua mahluk Allah ternayta bertasbih memuji kepada_Nya….” Kata Maula.

Ki Bijak tersenyum; “Jawaban Nak Mas tidak salah, dan memang itu jawaban yang menurut Aki tepat untuk anak seusia Ade, dan kalau kita tidak melihat kucing dan mahluk lain ‘shalatnya tidak seperti kita’ karena secara fitrah manusia berbeda dengan mereka, manusia dibekali oleh Allah dengan Akal, sementara mahluk lain tidak…., yang justru menjadi pertanyaan adalah kalau masih ada manusia yang tidak shalat, sementara dia telah dikarunia Allah dengan akal sebagai sarana pengabdiannya kepada Allah, ini yang sangat mengherankan……” Kata Ki Bijak.

“Iya ya ki, mungkin kalau dalam bahasa Ade, kalau mahluk yang tidak berakal saja shalat (bertasbih) kepada Allah, kenapa manusia yang berakal justru tidak mau shalat….” Kata Maula.

Ki Bijak tersenyum mendengar Maula menggunakan bahasa anaknya “Coba suatu waktu Nak Mas tanya dengan santun, kepada orang atau rekan yang belum shalat, alas an kenapa mereka tidak shalat, insya Allah mereka akan kesulitan menjawabnya….,oh ya Nak Mas, kemana cucu Aki..? Nak Mas tidak ajak Ade kesini..? Aki kangen sekali ingin ketemu….?’ Kata Ki Bijak.

“Ade dan Dinda sedang sakit Ki, kena cacar, jadi ana tidak ajak kemari, insya Allah lain waktu….” Kata Maula.

“Masya Allah…, semoga lekas sembuh ya Nak Mas….” Kata Ki Bijak dengan nada prihatin

“Iya ki, mohon doanya untuk kesembuhan Ade dan Dinda….” Kata Maula.

“Tentu Nak Mas, tanpa Nak Mas mintapun, Aki selalu berdoa untuk Nak Mas sekeluarga, semoga Nak Mas dan keluarga selalu sehat,berkecukupan dan senantiasa dalam lindungan dan ridha Allah swt…..” Jawab Ki Bijak.

“Terima kasih ki….” Kata Maula sambil pamitan.

Wassalam

Pelajaran hari ini, jangan bergantung pada makhluk

“Aneh ya ki…..” Kata Maula memulai perbincangan.

“Apanya yang aneh Nak Mas…?” Tanya Ki Bijak.

“Ini Ki, setiap hari senin biasanya ana sering kesulitan mendapatkan kendaraan untuk berangkat kerja, karena mobilnya penuh oleh karyawan yang pulangnya seminggu sekali, hingga hari seninnya mobil penuh sesak….” Kata Maula.

“Lalu….?” Tanya Ki Bijak lagi

“Lalu ana mencoba meyakinkan diri ana, bahwa senin kali ini, ana tidak boleh kesiangan, ana berdoa kepada Allah semoga ana diberi kemudahan untuk sampai kekantor, bismillahi tawakaltu ‘alallah laa haula wala quata ila billah….,”

‘Dan Alhamdulillah, hari senin kemarin ana diberi kemudahan dengan tumpangan kendaraan tetangga sebelah yang berangkat bareng, dan ana sudah sampai kantor sekitar pukul 7.30……” Kata Maula.

Ki Bijak masih menunggu kelanjutan cerita Maula.

“Dan hari ini, ana justru datang lebih siang dari kemarin ki……” Kata Maula.

“Kenapa Nak Mas..?” Tanya Ki Bijak

“Karena setelah tumpangan kemarin, ana merasa sangat yakin bahwa hari ini juga ana akan dapat tumpangan dari tetangga ana itu, karena memang beliau mengatakan berangkatnya bareng saja, tapi pas lewat, beliau sedang bercakap dihandphone, hingga tidak melihat ana, jadi ana berangkat sendiri seperti biasa…., aneh kan ki, kemarin tidak ditungguin malah dapat tumpangan, hari ini yang sudah confirm, malah nggak jadi…..” kata Maula.

Ki Bijak tersenyum, “Tidak ada yang aneh menurut Aki Nak Mas, justru kejadian yang Nak Mas alami, telah memberi Nak Mas setidaknya dua pelajaran yang sangat berharga untuk Nak Mas camkan…” Kata Ki Bijak.

“Kejadian kemarin memberi ana dua pelajaran berharga ki…?” Tanya Maula heran.

Ki Bijak mengangguk, “Pelajaran pertama adalah jangan bergantung pada mahluk, dan yang kedua, jangan mendahului kehendak Allah……” Jawab Ki Bijak.

“Ana masih belum mengerti ki….” Kata Maula lagi.

“Ketika hari senin, Nak Mas belum tahu akan ikut tumpangan siapa, dan karenanya Nak Mas memohon kepada Allah untuk diberikan tumpangan, saat itu posisi Nak Mas benar, yakni bermohon dan bergantung kepada Allah……”

“Sebaliknya, hari ini, karena Nak Mas ‘tahu’ bahwa ada yang akan mengajak Nak Mas berangkat bareng, Aki yakin Nak Mas tidak lagi merasa bergantung kepada Allah, tapi kepada tetangga Nak Mas tadi, bukan begitu Nak Mas….?” Tanya Ki Bijak.

“Astaghfirullah…, benar Ki, meski ana tidak mengucapkannya, ana sangat yakin bahwa hari ini ana akan ikut tetangga ana, ana yakin sekali akan hal itu, lha wong kemarinnya sudah confirm….” Kata Maula.

“Itulah yang Aki maksud dengan pelajaran berharga Nak Mas, Nak Mas sekarang tahu, bahwa mahluk itu lemah, mahluk itu pelupa, termasuk mungkin tetangga Nak Mas itu, beliau lupa telah menjanjikan tumpangan kepada Nak Mas kemarin…., lain halnya kalau kita bergantung kepada Allah, Allah pasti tidak akan lupa, Allah tidak akan lalai dan pasti memenuhi janji-Nya……” Kata Ki Bijak.

“Astaghfirullah…., ana merasa berdosa Ki, karena telah ‘mengabaikan’ Allah dan justru berharap pada mahluk…, ya Rabb ampuni kekhilafan hamba_Mu yang dhaif ini…..” Kata Maula menyadari kekeliruannya.

“Ya Nak Mas, Nak Mas harus terus menerus memupuk kesadaran untuk senantiasa bergantung dan berharap kepada Allah saja, dalam segala hal, termasuk hal kecil yang mungkin Nak Mas anggap sepele seperti berharap dapat tumpangan mobil hari ini………” Kata Ki Bijak.

“Iya ki……” Kata Maula pendek.

“Pelajaran yang kedua adalah jangan mendahului kehendak Allah…, apa yang Nak Mas alami hari ini mengejarkan kepada Nak Mas, bahwa seyakin apapun Nak Mas, sepasti apa pun janji mahluk kepada Nak Mas, tidak menjamin apapun kecuali dengan qudrah dan iradah_Nya…….., berharap boleh, tapi Aki merasakan bahwa harapan Nak Mas kemarin, telah ‘mendahului’ kehendak Allah, maka hari ini Allah seakan berkata kepada Nak Mas, ‘Tanpa izin_Ku, apa yang kamu bisa lakukan wahai Maula…” Kata Ki Bijak lagi.

“Astaghfirullah……, benar ki, semalam ana berkata kepada istri bahwa besok ana akan ikut dengan tetangga, tanpa mengucap insya Allah, ana sangat yakin sekali, hingga ana berangkat agak santai……” Kata Maula.

“Semoga pengalaman Nak Mas hari ini, bisa menjadi bekal dan pelajaran yang akan Nak Mas ingat selamanya, jangan bergantung kepada mahluk, karena Allah sajalah tempat kita dan segala sesuatu bergantung, Allahu shommad, dan jangan mendahului kehendak Allah, karena dengan kebesarannya, Allah bisa berbuat apapun yang DIA kehendaki, dengan Kun fayakun_Nya, Allah bisa mengubah sesuatu yang menurut kita tidak mungkin menjadi mungkin, dan sebaliknya, Allah bisa merubah apa yang menurut kita bisa, menjadi sesuatu yang mustahil menurut Allah……” Kata Ki Bijak lagi.

“Iya ki, insya Allah ana akan selalu ingat……………” Kata Maula sambil terus mentafakuri apa yang hari ini terjadi, sebuah ‘kejadian kecil’ yang bermakna besar baginya, ia kemudian membaca surat Al Ikhlas berulang-ulang, dimana didalamnya tertulis dengan jelas, Allah_lah tempat segala bergantung;

1. Katakanlah: "Dia-lah Allah, yang Maha Esa.
2. Allah adalah Tuhan yang bergantung kepada-Nya segala sesuatu.
3. Dia tiada beranak dan tidak pula diperanakkan,
4. Dan tidak ada seorangpun yang setara dengan Dia."


Wassalam;

Bumi itu bulat

Akhir-akhir ini ada segelintir umat Islam yang berpegang kepada teks Al-Qur’an yang tertulis secara zahirnya saja (tekstual), dan mengklaim bahwa bumi ini datar. Lebih dari itu, tidak tanggung-tanggung, mereka malah berani mengkafirkan orang-orang yang berkeyakinan bahwa bumi ini bulat adanya. Kata mereka orang yang tidak percaya bahwa bumi ini datar melawan ayat-ayat Al-Qur’an yang telah menjelaskan dengan nyata bahwa bumi ini datar! Persoalan ini menjadi masalah yang sangat serius, karena menyebabkan terjadinya benturan antara percaya kepada science modern atau percaya kepada Al-Qur’an suci yang agung.

Sebagian orang awam lalu mengambil jalan pintas dengan mengikuti segelintir umat yang berfaham bumi itu datar, karena takut terjatuh ke dalam kemurtadan, alias menjadi kafir. Mereka takut dengan ancaman kelompok ini. Apalagi selama ini, sudah terkenal bahwa kelompok ini sangat rajin dan lantang menyerang orang yang tidak sefaham dengan mereka dengan ancaman kafir, murtad, bid’ah dan lain sebagainya, seraya memakai ayat-ayat Al-Quran segala.

Timbul pertanyaan kemudian, benarkah Al-Qur’an bertentangan dengan ilmu science modern…? Jawabnya tegas, tidak mungkin ada pertentangan antara ayat-ayat suci Al-Qur’an dengan ilmu science. Jika pun terjadi pertentangan maka itu terjadi karena dua hal saja. Pertama; ilmu sciencenya yang tidak atau belum mampu mendefinisikan secara tepat, atau kedua; ayat Al-Qur’annya yang difahamkan secara keliru,
melenceng, alias tidak tepat!

Selama ini ada beberapa ayat yang oleh para PENGANUT FAHAM BUMI DATAR pakai untuk mendukung argumentasi atas faham mereka, antara lain;

DALIL PERTAMA,
firman Allah Subhanahu Wa Ta’ala dalam Al-Qur’an surat Al-Hijr: 19, “Dan Kami (Allah) telah menghamparkan bumi….”. Nah lihatlah, kata mereka, bukankah ayat ini dengan gamblang telah menjelaskan bahwa bumi itu terhampar, dan tidak dikatakan bulat…! Kemudian mereka pun dengan enteng mengkafirkan semua orang yang berseberangan faham dengan mereka.

DALIL KEDUA,
adalah firman Allah pada surat Al-Baqarah: 22, “Dialah (Allah) yang telah menjadikan bumi itu sebagai hamparan (firasy) bagimu.”
Memang secara tekstual, bunyi ayat-ayat di atas mengatakan bahwa bumi ini terhampar, seumpama firasy, karpet, atau tempat tidur. Namun, apakah sesederhana itu sajakah memahamkan ayat Al-Qur’an….? Apakah memahamkan al-Qur’an yang agung cukup secara tekstual saja, kemudian mengabaikan arti kontekstualnya…? Kalau demikian, yakni Al-Qur’an hanya difahamkan secara tekstual saja, maka pasti akan hilanglah kehebatan dan keagungan Al-Qur’an itu. Padahal ada banyak ayat suci Al-Qur’an dan hadis yang mendudukkan derajat orang-orang berpengetahuan berada beberapa tingkat di atas orang awam. Dalam hal ini, pemahaman kontekstual jelas memerlukan daya nalar yang lebih tinggi dibandingkan sekedar pemahaman tekstual saja. Dengan demikian, pantaslah kiranya jika Allah dalam Al-Qur’an dan Nabi dalam banyak hadis beliau, memuji dan menyatakan bahwa orang yang berilmu pengetahuan, yang memakai akal dan nalar, memiliki derajat yang tinggi jauh berbeda dengan orang awam.

PEMBAHASAN MASALAH

Pada surat Al-Hijr ayat 19 dikatakan bahwa Allah telah menghamparkan bumi. Disitu tidak ada dikatakan bagian yang dihamparkan adalah bagian bumi tertentu, tetapi yang terhampar adalah bumi secara mutlak. Sehingga dengan demikian, jika kita berada di suatu tempat di bagian manapun dari pada bumi itu (selatan, barat, utara, dan timur), maka kita akan melihat bahwa bumi itu datar saja, SEOLAH-OLAH TERHAMPAR di hadapan kita. Kemudian jika kita berjalan dan terus berjalan dengan mengikuti satu arah yang tetap, maka bumi itu akan terus menerus kita dapati terhampar di hadapan kita sampai suatu saat kita kembali ke tempat semula saat awal berjalan. Hal ini telah jelas membuktikan bahwa justru bumi itu bulat adanya. Sebaliknya, jika saja bumi itu berbentuk kubus, misalnya, maka pasti hamparan itu suatu saat akan terpotong, dan kita akan menuruni suatu bagian yang menjurang, menurun, TIDAK LAGI TERHAMPAR…..!

Selanjutnya, jika bumi itu adalah sebuah hamparan seperti karpet atau tikar, maka jika ada orang yang melakukan perjalanan lurus satu arah secara terus menerus, maka orang itu pada akhir perjalanannya akan sampai pada ujung bumi yang terpotong, dan tidak akan pernah kembali ke tempatnya semula, di mana dia memulai perjalanannya yang pertama dulu. Penelitian dan pengalaman manusia telah membuktikan bahwa perjalanan yang dilakukan secara terus menerus ke satu arah tertentu tidak pernah menemukan ujung dunia yang terpotong, melainkan terus menerus yang ditemukan hanyalah hamparan demi hamparan di tanah yang dilalui, untuk kemudian perjalanan itu berakhir pada tempat semula saat perjalanan pertama dimulai. Hal ini tidak mungkin dapat terjadi jika saja bumi itu tidak bulat keberadaannya.

Penjelasan yang lebih gamblang adalah pada surat Al-Baqarah ayat 22: “ Dia (Allah) yang telah menjadikan bumi itu firasy (hamparan, kapet) BAGIMU ……” Perhatikan kata-kata “bagimu”. Al-Qur’an dalam hal ini, tidak sekedar mengatakan bahwa bumi itu hamparan umpama karpet saja, kemudian berhenti pada kalimat itu, tapi ada kata tambahan lain yaitu “bagimu”. Artinya, bagi kita manusia yang tinggal di atas permukaan bumi ini, bumi terasa datar. Walaupun, bumi itu pada kenyataannya adalah tidak datar. Hanya TERASA DATAR bagi kita manusia. Terasa datar bukan berarti benar-benar datar, bukan….?

Penjelasan kata “karpet (firasy)” bagimu bukankah bisa diartikan sebagai sesuatu yang berfungsi untuk diduduki atau dipakai tidur, dengan aman dan nyaman…?. Kata firasy dalam bahasa Indonesia dapat diartikan karpet, atau ranjang adalah sesuatu yang nyaman dan aman dan dipakai untuk tidur. Nampaknya arti seperti ini dapat dipakai, sebab keberadaan struktur bumi ini memang berlapis-lapis. Bagian intinya sangat panas dengan suhu ribuan derajat celcius yang mematikan. Namun demikian, pada bagian LAPISAN YANG PALING ATAS, ada sebuah lapisan keras setebal 70 kilometer, disebut lapisan kerak bumi yang paling aman dan nyaman, dengan suhu yang aman pula bagi kehidupan. Seolah-olah lapisan bumi bagian atas itu adalah ‘karpet’ atau ‘ranjang’ yang terbentang luas dan melindungi manusia serta seluruh makhluk Allah yang berada di atasnya, aman dari bahaya lapisan bumi bagian dalam yang cair, yang sangat panas lagi mematikan itu. Subhanallah, Maha Suci Allah dengan firman-Nya…..!

Ada satu ayat Al-Qur’an lagi yang patut kita perhatikan sebagai tambahan penjelasan masalah ini, yakni surat Az-Zumar ayat 5: “Dia (Allah) yang telah menciptakan langit dan bumi dengan (tujuan) yang benar, Dia juga MEMASUKKAN MALAM KEPADA SIANG (dengan cara menggulungnya-penulis), DAN MEMASUKKAN SIANG ATAS MALAM, dan menundukkan matahari dan bulan, masing-masing berjalan menurut waktu yang ditentukan. Ingatlah, Dia (Allah) yang Maha Perkasa lagi Maha Pengampun.”

Kata “at-takwir” artinya adalah menggulung. Pada ayat di atas dengan jelas Allah berfirman bahwa malam menggulung siang dan siang menggulung malam. Kalau malam dan siang dapat saling menggulung, pastilah karena keduanya berada pada satu TEMPAT YANG BULAT secara bersama-sama. Bagaimana keduanya dapat saling menggulung jika berada pada tempat yang datar….? Kalau saja kejadian itu pada tempat yang datar, mestinya akan lebih tepat jika dipakai kata MENIMPA atau MENINDIH.

Dari keterangan ayat di atas juga dapat diperoleh gambaran bahwa pada permukaan bumi ini setiap saat, separuh permukaannya senantiasa malam, dan separuh lagi permukaannya adalah siang hari. Hal ini dapat digambarkan dari keterangan ayat, dimana seolah-olah bagian kepala dari sang malam itu menggulung bagian ekor dari sang siang, namun pada saat yang sama bagian kepala dari sang siang sedang menggulung pula bagian ekor dari sang malam. Sebanyak bagian siang yang digulung malam, maka pada saat yang bersamaan, sebanyak itu pula bagian malam yang sedang digulung oleh sang siang. Sekali lagi, keterangan ini menggambarkan bahwa terjadinya hal menakjubkan tersebut di atas bumi, hanya jika permukaan BUMI ITU BULAT adanya…!

Lebih jauh lagi, andaikan saja bumi ini datar seumpama sebuah karpet, pastilah jika matahari terbit dan menyinari bumi, maka keseluruhan bagian bumi seketika akan berada dalam keadaan siang. Kemudian saat matahari berlalu meninggalkan bumi, datang pula kegelapan, maka seluruh permukaan bumi akan serentak menjadi malam pula semuanya. Namun, kenyataannya tidak demikian..!

Di zaman modern ini, sudah terbukti disaat Indonesia sedang siang hari, lalu kita menelepon atau chatt dengan teman kita di Amerika, mereka akan mengatakan: “Disini, saat ini, adalah malam hari, teman...!”, seraya dia akan menyapa kita dengan salamnya: “Good evening, my friend…!” Tidak percaya….? Silakan mencoba….!

Ajaibnya, keterangan-keterangan ini ditulis dalam ayat-ayat Al-Qur’an pada 14 abad yang lalu, disaat orang-orang Eropa dan Amerika masih primitif, dan masih menganggap bumi ini datar serta menganggapnya sebagai pusat bagi jagad raya ini.

Maha suci Allah dengan Al-Qur’an-Nya yang Agung………!

Kita biarkan saja wahabi berfatwa bahwa bumi itu datar seperti tikar yang terhampar. Ya siapa tahu di masa yang akan datang, buku-buku yang menyatakan bumi itu datar akan menjadi barang langka yang banyak dicari orang sebagai buku jenaka untuk pengantar tidur anak dan cucu kita, hehehe… ^_^

Wallahu A’lam Bishshowab

( http://tengkuzulkarnain.net/index.php/artikel/index/102/Ternyata-Bumi-itu-Bulat)

Kemuliaan Al-qur'an

َللَّهُمَّ زَينِّاَّ بِزِيْنَةِ الْقُرْأَنوَاَكْرِمْنَا يَا اَلله بِكَرَاَمةِ اْلقُرْأَن


Hiasilah diri kami

Dengan keindahan Al-Quran

Muliakanlah, Ya Allah, kami semua

Dengan kemuliaannya


Kurniakanlah Keberkatan kalamMu Ya Allah

Agar menjadi pegangan kami

Di dunia ini


Dan menerangi kami

Dari kegelapan pusara nan sepi

Juga pembela kami

Kelak nanti di negeri abadi


Berikanlah kami

Kefahaman membacanya

Dan berikanlah kami

Kekuatan mengamalkannya

Perkenankanlah doa kami Ya Allah


استجب دعائنا يا الله يا الله


(Lirik Nasyid Kemuliaan al-Qur'an by In Team)



Lantunan Nasyid di atas yang suka saya dengar di handphone saya mengajak saya untuk menuliskan sesuatu mengenai Al Qur'an.


Bismillah....


Dikisahkan, dari Abu Umamah r.a. berkata, Rasulullah Shalallahu 'alaihi wassalam, menganjurkan kami untuk mempelajari Al-Qur’an . Setelah itu ,Beliau memberitahu kelebihan Al-Qur’an .Rasulullah Shallahu 'alaihi wassalam bersabda:”Pelajarilah Al-Qur’an! Diakhirat nanti ,dia akan datang kepada para ahlinya ,yang saat itu orang sangat memerlukannya"


Al-Qur’an akan datang dalam bentuk terindah dan bertanya ,”Kenalkah kamu kepadaku?". Orang yang suka membaca Al-Qur’an akan menjawab,”siapakah kamu?” Kata Al-Qur’an ,”Akulah yang kamu cintai dan kamu sanjung .Aku jugalah yang membuatmu bangun di waktu malam untuk membacaku . Aku juga yang kamu baca di waktu siang".


Kata orang yang membaca Al-Qur’an ,”Adakah kamu Al-Qur’an ?”. Lalu Al-Qur’an mengakui dan menuntun orang yang membacanya menghadap Allah Subhanahu Wata 'ala. Kemudian orang itu diberi kerajaan ditangan kanan dan diletakan mahkota di atas kepalanya .


Orang tuanya yang muslim juga diberi perhiasan yang tidak dapat ditukar dengan dunia walau berlipat ganda sehingga keduanya bertanya ,”Dari manakah kami memperoleh semua ini ,padahal amal kami tidak sampai?” Lalu dijawab ,”Kamu diberi semua ini karena anak kamu telah mempelajari Al-Qur’an .” (saya kutip dari 1001 kisah)


Subhanallah,, saudaraku, betapa mulianya al Qur'an ini. Biasakanlah setiap diri dari kita untuk mempelajari Al Qur'an. Al Qur’an merupakan mu’jizat dan karunia terbesar yang Allah berikan kepada ummat Islam melalui perantara Rasul tercinta, sebaik-baik makhluk ciptaan-Nya, Muhammad Shallahu 'alaihi wassalam. Cintailah dan rengkuhlah al Qur'an, niscaya al Qur'anpun akan mencintai dan merengkuhmu dengan kemuliaannya.. Masya Allah..


Rasulullah Shallahu 'alaihi Wassalam bersabda dalam sebuah hadits qudsi :


“Man qoro-a harfan min kitabii, falahu hasanatun. Wal hasanatu bi’asyri amtsaaliha. Laa aquuluu Alif Laam Miim harfun, walaakin Alifun harfun, wa laamun harfun wa miimun harfun”"


artinya :Barang siapa yang membaca satu huruf dari kitabKu (Al-Qur'an) maka baginya kebaikan. Dan setiap kebaikan itu akan dilipatgandakan dengan 10 kali lipatnya. Aku tidak mengatakan bahwa Alif Laam Miim itu satu huruf. Akan tetapi Alif itu satu huruf, Laam itu satu huruf dan Miim itu satu huruf .


Dari hadits di atas dapatlah diketahui bahwasannya Allah Subhanahu Wa ta'ala menjanjikan akan memberikan balasan kebaikan kepada para pembaca Al-Qur'an. Bahkan setiap kebaikan akan dilipatgandakan menjadi 10 x lipat. Masya Allah. Bayangkan, berapa banyak Allah akan memberikan kebaikan pada setiap ayat demi ayat yang kita baca dari al-Qur'an, surat demi surat yang kita baca.. Ya Latif......


Di dalam sebuah hadits yang lain, Rasulullah Shallahu 'alaihi wassalam pun bersabda:


“Walladziina yaqrouunal qur’an wa huwa maahirun, ma’asy syafarotil kiroomil baroroh. Walladziina yatata’ta’a fiihi, falahuu ajroon”


artinya: "Dan orang-orang yang senantiasa membaca al -Qur'an dan dia mahir (tartil) maka tempatnya adalah bersama Asy Syafarotil Kiroomil Baroroh. Sedangkan bagi yang membaca al Qur'an dan dia terbata-bata (tidak tartil) dalam bacaannya, maka baginya kebaikan”


Para ulama mengartikan Asy Syafarotil Kiroomil Baroroh sebagai para malaikat yang mulia yang berada di sekeliling Arsy Allah. Dan orang-orang yang gemar membaca Al-Qur'an maka disamakan kedudukannya bersama para malaikat yang mulia tadi... Subhanallah...


Bagi mereka yang masih terbata-bata membaca al-Qur'an maka 2 pahala kebaikan untuknya, pertama pahala karena ada kemauannya untuk membaca al -Qur'an dan kedua pahala kebaikan untuk kesungguhannya yang tidak menyerah dan berupaya terus menerus belajar membaca al -Qur'an.


Saudaraku, itu baru kemuliaan yang dijanjikan Allah kepada para hambaNya yang gemar membaca, mencintai al Qur'an apatah lagi bagi mereka yang menghafalkannya.. Tentunya kebaikan yang diperoleh akan lebih besar lagi..


Coba simak hadits berikut ini:


Dari Abu Hurairah r.a. bahwa Rasulullah Shallahu 'alaihi wassalam bersabda:


"Penghapal al-Quran akan datang pada hari kiamat, kemudian al-Quran akan berkata: Wahai Tuhanku, bebaskanlah dia, kemudian orang itu dipakaikan mahkota karamah (kehormatan), al-Quran kembali meminta: Wahai Tuhanku tambahkanlah, maka orang itu dipakaikan jubah kemuliaan. Kemudian al-Quran memohon lagi: Wahai Tuhanku, ridhailah dia, maka Allah Subhanahu wata 'ala meridhainya. Dan diperintahkan kepada orang itu: bacalah dan teruslah naiki (derajat-derajat surga), dan Allah Subhanahu wata 'ala menambahkan dari setiap ayat yang dibacanya tambahan ni`mat dan kebaikan" (Hadits diriwayatkan oleh Tirmizi dan ia menilainya hadits hasan (2916), Ibnu Khuzaimah, al hakim, ia menilainya hadits sahih, serta disetujui oleh Adz Dzahabi (1/553).


Balasan dari Allah Subhanahu wa ta'ala di akhirat tidak hanya bagi para penghapal dan ahli al-Qur'an saja, namun cahayanya juga menyentuh kepada kedua orang tuanya dan ia dapat memberikan sebagian cahaya itu kepadanya dengan berkah al-Qur'an. Subhanallah....


Coba simaklah hadits dibawah ini:


Dari Buraidah ia berkata: Rasulullah Shallahu 'alahi wassalam bersabda: “Siapa yang membaca al-Qur'an, mempelajarinya dan mengamalkannya, maka dipakaikan mahkota dari cahaya pada hari Kiamat, cahayanya seperti cahaya matahari, kedua orang tuanya dipakaikan dua jubah (kemuliaan), yang tidak pernah didapatkan di dunia, keduanya bertanya: mengapa kami dipakaikan jubah ini: dijawab: “karena kalian berdua memerintahkan anak kalian untuk mempelajari al- Qur'an”. (Hadits diriwayatkan oleh Al Hakim dan ia menilainya sahih berdasarkan syarat Muslim (1/568), dan disetujui oleh Adz Dzahabi. Hadits ini juga diriwayatkan oleh Ahmad dalam Musnadnya (21872) dan Ad-Darimi dalam Sunannya (3257).


Masya Allah....Saudaraku...Orang tua kita pun akan mendapatkan kemuliaan dan berkah dari al Qur'an disebabkan kedua orang tua mengarahkan anaknya sejak dini untuk mempelajari al Qur'an beserta isi kandungan yang terdapat di dalamnya.


Betapa banyak kemuliaan dari Al-Qur'an ini bagi yang membaca yang mendengarkan yang mengajarkan yang mengamalkan semuanya Allah berikan kebaikan.. Subhanallah..


Saudaraku... Jangan biarkan rumah-rumah kita bagaikan kuburan karena tidak ada satupun penghuni yang membacakan al-Qur'an di dalam rumah tersebut. Janganlah menjadikan al Qur'an hanya sebagai hiasan di dalam rumah-rumah kita. Bacalah al -Qur'an, bacalah dan engkau akan merasakan betapa nikmatnya berdekat-dekatan dengan al-Qur'an. Hatimu akan tenang lantaran berkah yang ada pada Qur'an. Masya Allah..


Jadikanlah Al-Qur'an itu surat cintamu saudaraku yang dirahmati Allah. Surat cinta yang begitu mesra dari Sang Pencipta. Surat cinta yang memberikan bimbingan kebaikan kepada setiap para pembacanya. Kepada setiap ahli Qur'an.


Jangan malu untuk mempelajari al -Qur'an. Jangan minder ketika lidah ini masih kelu dan terbata-bata untuk melantunkan ayat-ayat Qur'an, belajarlah mulai dari sekarang, Ibda bi nafsika (mulai dari diri kita sendiri). Ajak segenap anggota keluarga kita untuk mempelajari Al -Qur'an. Alangkah bahagianya orang-orang yang digerakkan hatinya oleh Allah untuk merutinkan bacaan dan memahami KitabNya.


“Sebaik-baik kalian adalah yang belajar Alquran dan mengajarkannya kepada orang lain” (HR. Bukhari )


Saudaraku, jangan malas untuk membaca al-Qur'an, Kelak dihari kiamat nanti, al Qur'an akan menjadi Syafa'at kepada para pembacanya..


Marilah setiap diri mulai detik ini kita pelajari al-Qur'an , membacanya, menghafalkannya dan mengajarkan kepada sesama. Mudah-mudahan kita memperoleh barokah..Insya Allah..


~~Wallahu a'lam bishawab~~


Sumber: Catatanku, tertanggal 9 Sya'ban 1431 H, 11:06 am

Salam,