Entri Populer

Rabu, 24 November 2010

Pelajaran hari ini, jangan bergantung pada makhluk

“Aneh ya ki…..” Kata Maula memulai perbincangan.

“Apanya yang aneh Nak Mas…?” Tanya Ki Bijak.

“Ini Ki, setiap hari senin biasanya ana sering kesulitan mendapatkan kendaraan untuk berangkat kerja, karena mobilnya penuh oleh karyawan yang pulangnya seminggu sekali, hingga hari seninnya mobil penuh sesak….” Kata Maula.

“Lalu….?” Tanya Ki Bijak lagi

“Lalu ana mencoba meyakinkan diri ana, bahwa senin kali ini, ana tidak boleh kesiangan, ana berdoa kepada Allah semoga ana diberi kemudahan untuk sampai kekantor, bismillahi tawakaltu ‘alallah laa haula wala quata ila billah….,”

‘Dan Alhamdulillah, hari senin kemarin ana diberi kemudahan dengan tumpangan kendaraan tetangga sebelah yang berangkat bareng, dan ana sudah sampai kantor sekitar pukul 7.30……” Kata Maula.

Ki Bijak masih menunggu kelanjutan cerita Maula.

“Dan hari ini, ana justru datang lebih siang dari kemarin ki……” Kata Maula.

“Kenapa Nak Mas..?” Tanya Ki Bijak

“Karena setelah tumpangan kemarin, ana merasa sangat yakin bahwa hari ini juga ana akan dapat tumpangan dari tetangga ana itu, karena memang beliau mengatakan berangkatnya bareng saja, tapi pas lewat, beliau sedang bercakap dihandphone, hingga tidak melihat ana, jadi ana berangkat sendiri seperti biasa…., aneh kan ki, kemarin tidak ditungguin malah dapat tumpangan, hari ini yang sudah confirm, malah nggak jadi…..” kata Maula.

Ki Bijak tersenyum, “Tidak ada yang aneh menurut Aki Nak Mas, justru kejadian yang Nak Mas alami, telah memberi Nak Mas setidaknya dua pelajaran yang sangat berharga untuk Nak Mas camkan…” Kata Ki Bijak.

“Kejadian kemarin memberi ana dua pelajaran berharga ki…?” Tanya Maula heran.

Ki Bijak mengangguk, “Pelajaran pertama adalah jangan bergantung pada mahluk, dan yang kedua, jangan mendahului kehendak Allah……” Jawab Ki Bijak.

“Ana masih belum mengerti ki….” Kata Maula lagi.

“Ketika hari senin, Nak Mas belum tahu akan ikut tumpangan siapa, dan karenanya Nak Mas memohon kepada Allah untuk diberikan tumpangan, saat itu posisi Nak Mas benar, yakni bermohon dan bergantung kepada Allah……”

“Sebaliknya, hari ini, karena Nak Mas ‘tahu’ bahwa ada yang akan mengajak Nak Mas berangkat bareng, Aki yakin Nak Mas tidak lagi merasa bergantung kepada Allah, tapi kepada tetangga Nak Mas tadi, bukan begitu Nak Mas….?” Tanya Ki Bijak.

“Astaghfirullah…, benar Ki, meski ana tidak mengucapkannya, ana sangat yakin bahwa hari ini ana akan ikut tetangga ana, ana yakin sekali akan hal itu, lha wong kemarinnya sudah confirm….” Kata Maula.

“Itulah yang Aki maksud dengan pelajaran berharga Nak Mas, Nak Mas sekarang tahu, bahwa mahluk itu lemah, mahluk itu pelupa, termasuk mungkin tetangga Nak Mas itu, beliau lupa telah menjanjikan tumpangan kepada Nak Mas kemarin…., lain halnya kalau kita bergantung kepada Allah, Allah pasti tidak akan lupa, Allah tidak akan lalai dan pasti memenuhi janji-Nya……” Kata Ki Bijak.

“Astaghfirullah…., ana merasa berdosa Ki, karena telah ‘mengabaikan’ Allah dan justru berharap pada mahluk…, ya Rabb ampuni kekhilafan hamba_Mu yang dhaif ini…..” Kata Maula menyadari kekeliruannya.

“Ya Nak Mas, Nak Mas harus terus menerus memupuk kesadaran untuk senantiasa bergantung dan berharap kepada Allah saja, dalam segala hal, termasuk hal kecil yang mungkin Nak Mas anggap sepele seperti berharap dapat tumpangan mobil hari ini………” Kata Ki Bijak.

“Iya ki……” Kata Maula pendek.

“Pelajaran yang kedua adalah jangan mendahului kehendak Allah…, apa yang Nak Mas alami hari ini mengejarkan kepada Nak Mas, bahwa seyakin apapun Nak Mas, sepasti apa pun janji mahluk kepada Nak Mas, tidak menjamin apapun kecuali dengan qudrah dan iradah_Nya…….., berharap boleh, tapi Aki merasakan bahwa harapan Nak Mas kemarin, telah ‘mendahului’ kehendak Allah, maka hari ini Allah seakan berkata kepada Nak Mas, ‘Tanpa izin_Ku, apa yang kamu bisa lakukan wahai Maula…” Kata Ki Bijak lagi.

“Astaghfirullah……, benar ki, semalam ana berkata kepada istri bahwa besok ana akan ikut dengan tetangga, tanpa mengucap insya Allah, ana sangat yakin sekali, hingga ana berangkat agak santai……” Kata Maula.

“Semoga pengalaman Nak Mas hari ini, bisa menjadi bekal dan pelajaran yang akan Nak Mas ingat selamanya, jangan bergantung kepada mahluk, karena Allah sajalah tempat kita dan segala sesuatu bergantung, Allahu shommad, dan jangan mendahului kehendak Allah, karena dengan kebesarannya, Allah bisa berbuat apapun yang DIA kehendaki, dengan Kun fayakun_Nya, Allah bisa mengubah sesuatu yang menurut kita tidak mungkin menjadi mungkin, dan sebaliknya, Allah bisa merubah apa yang menurut kita bisa, menjadi sesuatu yang mustahil menurut Allah……” Kata Ki Bijak lagi.

“Iya ki, insya Allah ana akan selalu ingat……………” Kata Maula sambil terus mentafakuri apa yang hari ini terjadi, sebuah ‘kejadian kecil’ yang bermakna besar baginya, ia kemudian membaca surat Al Ikhlas berulang-ulang, dimana didalamnya tertulis dengan jelas, Allah_lah tempat segala bergantung;

1. Katakanlah: "Dia-lah Allah, yang Maha Esa.
2. Allah adalah Tuhan yang bergantung kepada-Nya segala sesuatu.
3. Dia tiada beranak dan tidak pula diperanakkan,
4. Dan tidak ada seorangpun yang setara dengan Dia."


Wassalam;

Tidak ada komentar:

Posting Komentar